Hidup yang aku jalani di rumah sedikit atau tidak sama sekali berbeda dengan kehidupan orang lain. Riang, aku tidak sabar menunggu hari baru, dan tidak ada masalah sosial untukku. Lingkungan masa mudaku terdiri dari lingkungan berborjuis-kecil, karenanya merupakan sebuah dunia yang punya sedikit hubungan dengan pekerja yang benar-benar kasar.
Karena, tampak asing saat dipandang sekilas. Jurang antara kelas ini, yang dalam makna ekonomi dikondisikan dengan brilian, dan pekerja kasar sering lebih dalam daripada yang kita bayangkan. Alasan untuk penghinaan ini, seperti yang mungkin kusebut, terletak pada rasa takut sebuah kelompok sosial yang belakangan ini telah menaikkan diri sendiri di atas tingkat pekerja kasar, yang akan menenggelamkan mereka ke dalam kelas tua yang direndahkan, atau setidaknya diidentifikasikan dengan itu. Untuk ini, dalam banyak kasus, aku harus menambahkan kenangan yang menjijikan dari kemiskinan budaya kelas rendah ini, keseronokan hubungan sosialnya; posisi borjuis kecil itu sendiri dalam masyarakat, seberapa pun tidak pentingnya dia, membuat hubungan dengan tahapan pertumbuhan kehidupan dan budaya yang tidak dapat ditoleransi.
Akibatnya, kelas tinggi merasa kurang membatasi dalam berhubungan dengan teman-teman dari golongan rendah daripada yang tampak mungkin untuk “orang kaya baru”. Karena siapa pun adalah seorang orang kaya baru yang naik derajat karena usaha-usahanya sendiri dari posisi dalam hidup sebelumnya ke posisi lebih tinggi.
Pada puncaknya, perjuangan ini, yang seringkali sangat keras, membunuh semua kesengsaraan. Perjuangan keberadaanku yang menyakitkan menghancurkan perasaanku untuk penderitaan mereka yang masih berada di belakang.
Dalam hal ini nasib baik memihak padaku. Dengan memaksaku untuk kembali ke dunia penderitaan dan tidak aman ini, diman ayahku telah meningkatkan kehidupannya, dia membuang orang-orang buta dari latar belakang borjuis-kecil yang sempit dari mataku. hanya sekarang aku belajar untuk mengenal kemanusiaan, belajar untuk membedakan antara penampakan kosong atau keberadaan luar dan dalam yang brutal.
Juni 8, 2007 at 1:08 pm
ini polisinya mana???
itu ada yg OOT lho!!!
Juni 8, 2007 at 2:47 pm
Apakah benar misi hidup kita adalah untuk mengubah dunia…?
Apa dengan mengubah diri menjadi lebih baik lagi, kita pun bisa menciptakan dunia abstrak sendiri di mana keadaannya lebih baik lagi…?
Ah, Tuhan…
Juni 8, 2007 at 3:19 pm
mengubah dunia ??? …. jangan ah … dunia jangan dirubah, lebih baik merubah dunia kita sendiri aja … 🙂
Juni 8, 2007 at 3:32 pm
Aduh…, berat banget postingannya. Sampe migren gw bacanya 😀
Kehidupan ini adalah sebuah skenario yg harus kita lakoni. Baik kita berada di kasta paling rendah ataupun di kasta tertinggi. Yg penting adalah bagaimana kita bisa menjalaninya dengan enteng dan penuh kebahagiaan. Bila ketemu masalah posisikanlah diri kita seolah2 berada diluar dari semua itu dan kemudian mulai menganalisis satu persatu masalah dan semua efek2nya hingga terdapat solusi. Tak perlu takut di hina, orang itu kalo gak pernah di hina gak akan terpacu utk maju melampaui org yg menghina.
Seorang teman pernah dihina dan ditinggalkan pacarnya yg cantik krn ga bisa komputer, gaptek, ga bisa accounting, bisanya cuma street fighter. Tapi krn merasa terhina, sekarang dia sudah punya bbrp perusahaan, dia sendiri jago komputer, accounting, gaptek juga ga ada lagi dalam kehidupannya skrg. Gw kagum banget sama dia, soalnya belajar komputer (programming) dan accounting itu ga gampang lho, apalagi utk dia yg sebelumnya cuma bisa tawuran doang.
Juni 8, 2007 at 4:03 pm
Aduh seurieus pisan euy 😦
*permisi Bu Dosen, mau kekantin dulu*
Juni 8, 2007 at 5:37 pm
Bagus, bagus sekali.
Sekali gak ada emosi yang meletup-letup. Tapi justru terlihat tenag, dalam, dan… gw suka…
thanks sama penulis.
Juni 9, 2007 at 1:51 am
Klo bisa sih nama penulisnya ditulis dong!!!
Dari beberapa tulisan yang saya baca di blog ini, antar tulisan banyak bedanya. Jadi terasa kurang nyaman di pikiran saya (klo nama penulisnya ga bisa ditulis, tolong dewan redaksinya lebih keras lagi kerjanya). Makasih banyak yah….
Juni 9, 2007 at 5:22 am
@ mathematicse
Maap mas, itu di bawah ada nama yang nulis,,
apa perlu dikasih link??
Juni 9, 2007 at 10:43 am
@ mathematicse
‘Kan setiap tulisan ada nama penulisnya… 😐 Di bagian atas, atau bawah. Masa tidak lihat…?
Juni 9, 2007 at 11:54 am
pekerja kasar, pekerja halus, kita semua ini saling membutuhkan kok…kasta2 itu yg bikin khan manusia, ukurannya cuman fisik atau materi… belum tentu yg secara materi kaya itu kaya jiwa kok
Juni 9, 2007 at 3:15 pm
Kehidupan ini kan panggung sandiwara,
di mana setiap orang udah punya perannya masing-masing,
ada berperan jadi orang kaya, orang miskin, bajingan, religius,
dll. Dan semua peran sama pentingnya agar suatu lakon dapat
berjalan dengan baik. Jadi nggak ada itu yang namanya peran
yang nggak berarti, semua secara bersama-sama memberikan arti
kepada jalannya sandiwara.
Seperti di bilang oleh salah satu agama ( *sori lupa agama yg mana,maklum dah kebanyakan agama neh 😛 *) :
setiap ciptaan itu ada artinya.
Regards
Juni 9, 2007 at 8:07 pm
studi komparatif kah?
spiral eksistensi… 🙂
kata temanku barusan, kalo mo surprise ekh survive, kita mesti berada di peringkat paling atas rantai makanan ini.
emang kita binatang? 😛
he..he..he..
hirarkisme atau dua lisme, pusing. bisa-bisa ntar malem kena migrain lagi.
Juni 9, 2007 at 11:08 pm
Omaigat…
Dulu…
Di awal2 kehidupan (kelahirannya) omaigat banyak menuai kritik dari berbagai pihak atas kemiripan dengan wadehel, lalu datang beberapa saran dari taman2 supaya omaigat mewarnai blog ini dengan warna2 khas sang penulis….adanya “tuntutan”akan keberagaman tulisan dalam omaigat
Tetapi…
(tadi saat saya scroll halaman ini 😀 )
Kenapa setelah omaigat menjadi lebih berwarna kok ada komentar yang bertolak belakang lagi ya? …..
Sekarang ternyata muncul sedikit keluhan atas keberagaman warna yang dimiliki omaigat…
Ya begitulah kehidupan…selalu saja muncul pernilaian yang berbeda (bahkan berganti2???)…
Silakan dihapus kalau komentar ini dinilai OOT…saya tidak keberatan… 😀
Juni 9, 2007 at 11:18 pm
Sekarang saya ingin berkomentar tentang tulisan ini…
saya tidak ingin membantah ataupun mempertanyakan apa pun dalam tulisan ini, cuma setelah membaca salah satu bagian kalimat dalam tulisan tsb muncul kembali pergolakan dan persimpangan2 yang dulu sempat melintas dalam pikiran saya…
Antara keberadaan dan keadaan…
Secara gampang, idealis dan teoritis mungkin saya (kita???) bisa menjawab akan lebih memilih KEBERADAAN daripada KEADAAN…
Karena keberadaan (yang berupa suatu eksistensi) merupakan modal awal pencapaian suatu keadaan…
Tetapi pada kenyataannya saya pribadi (atau yang lain ada juga?)lebih sering memikirkan keadaan saya daripada keberadaan saya.
Apakah saya lebih memikirkan keadaan daripada keberadaan karena saya anggap keberadaan saya merupakan sesuatu yang sudah otomatis menyatu dan mengiringi kelahiran sampai kehidupan yang kujalani?
Karena kepemilikanku akan keberadaan/eksistensi (yang semu???) tsb maka saya jauh lebih mengejar dan mementingkan keadaan…
Antara kehidupan dan penghidupan…
Sebelumnya..apakah ada perbedaan antara kehidupan dan penghidupan?
Menurut SAYA PRIBADI ada perbedaan antara dua hal tsb (perbedaan itu tidak saya tulis di sini)…silakan teman2 pikirkan sendiri (silakan setuju ataupun tidak karena itu hak teman2 sekalian)…
Lalu manakah yang lebih harus saya kejar…kehidupan atau penghidupan?
Lagi2 secara teoritis dan sok idealis saya akan menjawab kehidupan lebihlah penting dari penghidupan…
Tetapi apakah benar begitu?
Seringkali saya (kita???) lebih mengejar penghidupan daripada kehidupan itu sendiri…
**************************
Ah sudah capek ngetiknya hehehe…
Saya biarkan pendapat saya tsb menggantung karena saya pernah memprasastikan unek2 saya tsb di lantai gubug saya dulu…dulu…
Lantai yang sering kuinjak2… 😦
Juni 11, 2007 at 10:27 am
@CY,
analisa-nya asik mas … introspeksi memang sangat
penting kalo pengen memperbaiki hidup kita … 🙂
@Fadli,
ke kantin ? … bacanya diterusin di kantin ya ? … 🙂
@n0vri,
you’re welcome … 🙂
@mathematicse,
Betul apa kata MA sama DEBE … 🙂
@bu Evy,
itu emang betul bu … sayangnya banyak orang yg secara sadar atau tidak,
melestarikan perbedaan kasta tsb … 🙂
@danalingga,
yup … perbedaan lah yg bikin hidup lebih hidup … 🙂
@orangbiasa,
hidup diperjuangkan untuk dinikmati bukan untuk dipertahankan … 🙂
@deKing,
ttg keluhan thd O-Mai-Gat!,sora sudah memberikan jawabannya di hal kotak saran. btw, terimakasih sudah membaca postingan diatas secara “mendalam”, sehingga muncul review yg sangat menggugah … 🙂
.
.
.
@semua pengunjung O-Mai-Gat! ,
postingan saya disini akan selalu menggunakan perumpamaan atau kata-kata bersayap, dan seperti yg
sayaredaksi cantumkan di halaman peringatan :Juni 11, 2007 at 2:29 pm
@ pakDe King
Masalah reaksi kaya gitu sih maklum pakDe,, kita ga bisa bikin semua orang seneng dan setuju sama apa yang kita lakukan, tapi kritik yang membangun selalu diterima kok,, 🙂
Juni 13, 2007 at 4:27 am
Ehm ehm … sumpah ™ baca sambil merenung 😉
April 26, 2008 at 10:59 am
[…] bisa juga dibaca di sana. […]
April 26, 2008 at 11:55 am
[…] bisa juga dibaca di sana. […]