Oleh Sousakiy Al-Buntakun Ibnu Mishrilliy

Anda penasaran dengan kualitas para ‘raja’ di negeri ini? Berarti, Anda sedang membaca tulisan yang tepat.

Berikut ini saya sudah mengumpulkan beberapa potret yang terkait. Silakan baca, dan ikuti link menuju sumber berita yang tersedia.

Selamat membaca… 🙂

Potret Mereka…

1. ‘Sangat’ Melek Teknologi

Tanggal 15 januari 2007, Menkominfo Sofyan Djalil menyatakan bahwa pemerintah akan mengalami kesulitan dengan software open-source. Alasan yang diajukan adalah bahwa (1) komputer pemerintah perlu di-upgrade sebelum migrasi ke open-source; (2)sumber daya manusia belum memadai; dan (3) dukungan driver untuk hardware masih lemah.

Khusus untuk (3), beliau menyatakan “Pada sebagian Open Source, misalnya, belum ada menu untuk men-support printer.”

[sumber berita]

Seandainya Bapak itu melihat bahwa semua driver modem, VGA, dan printer saya telah berhasil dikenali oleh kernel 2.6. Seandainya bapak itu melihat saya meminjam scanner teman saya, dan menjalankannya di Mepis Linux, semata karena driver scanner tersebut tertinggal di luar kota. Seandainya bapak itu tahu…

Seandainya bapak itu tahu… bahwa perpustakaan jurusan saya memanfaatkan Vector Linux pada komputer kuno kelas Pentium I dan II… 😦


2. Gampang Tersinggung

Masih menteri yang sama; pada bulan Maret 2007 beliau menyatakan ketersinggungan atas acara parodi “Republik Mimpi”. Peristiwa ini kemudian berlanjut hingga munculnya ancaman somasi terhadap acara tersebut.

“Pendidikan politik seperti itu tidak benar, tapi saya tidak bisa melarang. Saya kan mempelajari, jika memungkinkan, kita akan melayangkan somasi,” kata Menkominfo Sofyan Djalil.

Sebagai perbandingan, mantan presiden Gus Dur dan Megawati juga turut diparodikan dalam acara tersebut — meskipun demikian, mereka merasa tidak mempermasalahkan hal tersebut.

Pada akhirnya, somasi itu tidak jadi dilayangkan.

[sumber berita di detikNews]

[sumber berita di perspektif.net]

Untuk ini, no comment lah. :mrgreen:


3. Mengabaikan Bawahan

Menanggapi kasus adanya intimidasi terhadap guru-guru yang membeberkan kecurangan selama UAN, Mendiknas Bambang Sudibyo menyatakan bahwa Departemen Pendidikan Nasional tidak akan memberikan perlindungan khusus.

“Perlindungan hukum adalah tugas kepolisian. Depdiknas tidak akan memberikan hal itu,” kata Bambang Sudibyo di Padang, bulan Juni 2007.

[sumber berita]

Ckckckckckck… mau dikemanakan bangsa ini?

Memang benar bahwa perlindungan hukum adalah tugas kepolisian. Tapi, menyangkut keselamatan bawahan, harusnya Mendiknas bisa melakukan koordinasi dan kontak untuk itu kan?

Bahkan dalam perang sekalipun, pemimpin yang baik adalah yang maju paling depan ketika menyerang — dan pergi paling akhir ketika harus mundur. Bawahan itu bukanlah mereka yang tinggal disuruh maju dan gugur sendiri… badan yang besar itu dibangun dari sejumlah orang kecil dan bawahan.

Tapi, ini?? 😕


4. Melupakan Pahlawan Negeri Sendiri

Pecatur muda Masruri meraih empat medali di kejuaraan catur ASEAN di Ancol, dan apa yang terjadi?

Ia pulang dari lokasi pertandingan dengan berjalan kaki. Padahal ia baru saja menjadi pahlawan bangsa pada turnamen skala regional tersebut.

Tentang ini, Menpora Adhyaksa Dault sendiri mengucapkan kata-kata yang, sayangnya, dapat dipahami sebagai apatisme: “Kita ini punya ratusan orang seperti Masruri,” dan melanjutkan bahwa “tak semua masalah dilimpahkan ke Departemen Pemuda dan Olahraga” (kutipan dari Liputan6).

[sumber berita]

Tampaknya kita kekurangan sikap menghargai para pahlawan bangsa di bidang olahraga. Paling tidak, para pengantar pahlawan bangsa itu bisa mencarter taksi (atau angkot), kan? 🙄


5. Mengisolir Kampus demi Kunjungan Mendadak

Wakil Presiden Jusuf Kalla melakukan kunjungan mendadak ke kampus ITB di jalan Ganesa 10, Bandung, pada hari Sabtu 7 April 2007. Tanpa pemberitahuan sebelumnya, kampus disegel oleh aparat sejak pukul tujuh pagi, dan baru dibuka kembali sekitar pukul empat sore.

Mahasiswa yang sedianya beraktivitas tidak diperbolehkan memasuki kampus tanpa meninggalkan kartu identitas. Kegiatan bedah buku yang dijadwalkan dalam kampus tergusur ke Gedung Sabuga; dan sebuah Ujian Tengah Semester terpaksa dilakukan sambil lesehan di selasar Masjid Salman.

[sumber berita]

Waow… =o

Sekarang bayangkan seandainya ada yang sedang seminar Tugas Akhir pada hari Sabtu tersebut. 😉


6. Sense-of-Crisis Rendah

Maret 2007. Ketika negara sedang diguncang rangkaian berbagai bencana alam dan kecelakaan (e.g. kasus Adam Air dan gempa bumi), para anggota DPR mengajukan satu usul yang sensasional: setiap anggota legislatif sebaiknya dibekali sebuah laptop untuk meningkatkan keahlian mereka di bidang IT.

Ketua DPR Agung Laksono mengatakan (pada saat itu), “Diteruskan saja pengadaannya, karena ini sudah disetujui APBN sejak Oktober 2007 melalui paripurna. Tapi pengawasan yang memang harus diperketat.”

[sumber berita]

Hmm, pada saat Jakarta baru dilanda banjir, pesawat Adam Air hilang di laut, dan masih banyak masyarakat miskin di seluruh negeri?

Rasanya kok… 🙄


7. Plin-plan dan Menghindari Tanggung Jawab

Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, mengunjungi Sydney untuk membahas kerjasama kota kembar. Di hotel kota tersebut, ia ditemui oleh aparat Negeri Kanguru menyoal keterlibatannya dalam kasus pembunuhan lima wartawan Australia di Balibo, tahun 1975.

Sutiyoso kemudian pulang kembali ke Indonesia. Pada harian Australia, beliau menyatakan sakit mendadak. Sebaliknya, pada BBC Indonesia, ia menyatakan sangat tersinggung dengan perlakuan tersebut, sehingga mempercepat kepulangannya ke Tanah Air.

[berita di Sydney Morning Herald]

[berita di BBC Indonesia]

Mungkin sudah waktunya kita mengusulkan terjemahan kata “sudden illness” sebagai “kecewa berat”. Oxford Dictionary, anyone? :mrgreen:

***

Akankah berbagai atraksi ini terus berlanjut? Kita lihat beritanya… setelah yang satu ini. 😉