Oleh Sousakiy Al-Buntakun Ibnu Mishrilliy
Anda penasaran dengan kualitas para ‘raja’ di negeri ini? Berarti, Anda sedang membaca tulisan yang tepat.
Berikut ini saya sudah mengumpulkan beberapa potret yang terkait. Silakan baca, dan ikuti link menuju sumber berita yang tersedia.
Selamat membaca… 🙂
Potret Mereka…
…
1. ‘Sangat’ Melek Teknologi
Tanggal 15 januari 2007, Menkominfo Sofyan Djalil menyatakan bahwa pemerintah akan mengalami kesulitan dengan software open-source. Alasan yang diajukan adalah bahwa (1) komputer pemerintah perlu di-upgrade sebelum migrasi ke open-source; (2)sumber daya manusia belum memadai; dan (3) dukungan driver untuk hardware masih lemah.
Khusus untuk (3), beliau menyatakan “Pada sebagian Open Source, misalnya, belum ada menu untuk men-support printer.”
Seandainya Bapak itu melihat bahwa semua driver modem, VGA, dan printer saya telah berhasil dikenali oleh kernel 2.6. Seandainya bapak itu melihat saya meminjam scanner teman saya, dan menjalankannya di Mepis Linux, semata karena driver scanner tersebut tertinggal di luar kota. Seandainya bapak itu tahu…
Seandainya bapak itu tahu… bahwa perpustakaan jurusan saya memanfaatkan Vector Linux pada komputer kuno kelas Pentium I dan II… 😦
2. Gampang Tersinggung
Masih menteri yang sama; pada bulan Maret 2007 beliau menyatakan ketersinggungan atas acara parodi “Republik Mimpi”. Peristiwa ini kemudian berlanjut hingga munculnya ancaman somasi terhadap acara tersebut.
“Pendidikan politik seperti itu tidak benar, tapi saya tidak bisa melarang. Saya kan mempelajari, jika memungkinkan, kita akan melayangkan somasi,” kata Menkominfo Sofyan Djalil.
Sebagai perbandingan, mantan presiden Gus Dur dan Megawati juga turut diparodikan dalam acara tersebut — meskipun demikian, mereka merasa tidak mempermasalahkan hal tersebut.
Pada akhirnya, somasi itu tidak jadi dilayangkan.
Untuk ini, no comment lah.
3. Mengabaikan Bawahan
Menanggapi kasus adanya intimidasi terhadap guru-guru yang membeberkan kecurangan selama UAN, Mendiknas Bambang Sudibyo menyatakan bahwa Departemen Pendidikan Nasional tidak akan memberikan perlindungan khusus.
“Perlindungan hukum adalah tugas kepolisian. Depdiknas tidak akan memberikan hal itu,” kata Bambang Sudibyo di Padang, bulan Juni 2007.
Ckckckckckck… mau dikemanakan bangsa ini?
Memang benar bahwa perlindungan hukum adalah tugas kepolisian. Tapi, menyangkut keselamatan bawahan, harusnya Mendiknas bisa melakukan koordinasi dan kontak untuk itu kan?
Bahkan dalam perang sekalipun, pemimpin yang baik adalah yang maju paling depan ketika menyerang — dan pergi paling akhir ketika harus mundur. Bawahan itu bukanlah mereka yang tinggal disuruh maju dan gugur sendiri… badan yang besar itu dibangun dari sejumlah orang kecil dan bawahan.
Tapi, ini?? 😕
4. Melupakan Pahlawan Negeri Sendiri
Pecatur muda Masruri meraih empat medali di kejuaraan catur ASEAN di Ancol, dan apa yang terjadi?
Ia pulang dari lokasi pertandingan dengan berjalan kaki. Padahal ia baru saja menjadi pahlawan bangsa pada turnamen skala regional tersebut.
Tentang ini, Menpora Adhyaksa Dault sendiri mengucapkan kata-kata yang, sayangnya, dapat dipahami sebagai apatisme: “Kita ini punya ratusan orang seperti Masruri,” dan melanjutkan bahwa “tak semua masalah dilimpahkan ke Departemen Pemuda dan Olahraga” (kutipan dari Liputan6).
Tampaknya kita kekurangan sikap menghargai para pahlawan bangsa di bidang olahraga. Paling tidak, para pengantar pahlawan bangsa itu bisa mencarter taksi (atau angkot), kan? 🙄
5. Mengisolir Kampus demi Kunjungan Mendadak
Wakil Presiden Jusuf Kalla melakukan kunjungan mendadak ke kampus ITB di jalan Ganesa 10, Bandung, pada hari Sabtu 7 April 2007. Tanpa pemberitahuan sebelumnya, kampus disegel oleh aparat sejak pukul tujuh pagi, dan baru dibuka kembali sekitar pukul empat sore.
Mahasiswa yang sedianya beraktivitas tidak diperbolehkan memasuki kampus tanpa meninggalkan kartu identitas. Kegiatan bedah buku yang dijadwalkan dalam kampus tergusur ke Gedung Sabuga; dan sebuah Ujian Tengah Semester terpaksa dilakukan sambil lesehan di selasar Masjid Salman.
Waow… =o
Sekarang bayangkan seandainya ada yang sedang seminar Tugas Akhir pada hari Sabtu tersebut. 😉
6. Sense-of-Crisis Rendah
Maret 2007. Ketika negara sedang diguncang rangkaian berbagai bencana alam dan kecelakaan (e.g. kasus Adam Air dan gempa bumi), para anggota DPR mengajukan satu usul yang sensasional: setiap anggota legislatif sebaiknya dibekali sebuah laptop untuk meningkatkan keahlian mereka di bidang IT.
Ketua DPR Agung Laksono mengatakan (pada saat itu), “Diteruskan saja pengadaannya, karena ini sudah disetujui APBN sejak Oktober 2007 melalui paripurna. Tapi pengawasan yang memang harus diperketat.”
Hmm, pada saat Jakarta baru dilanda banjir, pesawat Adam Air hilang di laut, dan masih banyak masyarakat miskin di seluruh negeri?
Rasanya kok… 🙄
7. Plin-plan dan Menghindari Tanggung Jawab
Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, mengunjungi Sydney untuk membahas kerjasama kota kembar. Di hotel kota tersebut, ia ditemui oleh aparat Negeri Kanguru menyoal keterlibatannya dalam kasus pembunuhan lima wartawan Australia di Balibo, tahun 1975.
Sutiyoso kemudian pulang kembali ke Indonesia. Pada harian Australia, beliau menyatakan sakit mendadak. Sebaliknya, pada BBC Indonesia, ia menyatakan sangat tersinggung dengan perlakuan tersebut, sehingga mempercepat kepulangannya ke Tanah Air.
Mungkin sudah waktunya kita mengusulkan terjemahan kata “sudden illness” sebagai “kecewa berat”. Oxford Dictionary, anyone?
***
Akankah berbagai atraksi ini terus berlanjut? Kita lihat beritanya… setelah yang satu ini. 😉
Juni 19, 2007 at 3:25 pm
Ugh…
tersindir…
mendadak sakit perut neh.. :p
Juni 19, 2007 at 3:57 pm
potret-potretnya itu… *miris*
Salah tidak kalau ada yang bilang bahwa kualitas raja-raja itu terkadang mewakili kondisi kualitas rakyat pada umumnya yang memilih mereka atau menyebabkan terpilihnya mereka? 😕
Juni 19, 2007 at 6:12 pm
Iya, sampai-sampai anggota dewan jualan e-mail, lho.
Juni 19, 2007 at 6:26 pm
Priceless,, 😀
Hmm,, Ma bingung,,
pengen banget punya pemimpin yang baik, tapi cara kita buat nemuin orang orang baik buat dijadiin pemimpin gimana?
Nyalon kaya gitu kan modalnya gede,, 😦
Ntar lagi aja deh nambah komennya,, 😀
Juni 19, 2007 at 7:30 pm
(1). Sepertinya tulisan ini ikutan (mungkin bahasa halusnya terinspirasi) tulisannya Bangaip-top deh…? Cuma beda skala saja.
(2). Terus masalah IPDN terlupakan ya? Padahal ini juga sempat bikin heboh…
(3). Mudah-mudahan bagi kita yang membaca dan berkomentar terhadap tulisan ini bisa berkomitmen untuk lebih baik di masa depan bila ditakdirkan menjadi raja-raja kecil di negeri ini, apalagi bila jadi raja besar. (sehingga kejadian-kejadian yang disentil secara eksplisit di tulisan ini tak akan ada lagi). Jadi, kita tak hanya bisa berkaok-kaok, berkoar-koar belaka, tapi ada bukti nyata. Amin.
Juni 19, 2007 at 7:35 pm
Wuaaaa, diboongin 😀
*mana? kaga ada fotonya satupun 😦 *
Juni 19, 2007 at 9:14 pm
indonesia butuh pembela kebenaran dan keadilan
Juni 19, 2007 at 10:36 pm
Potret yang menyedihkan, sampai kapan ya Indonesia begini terus…
Kapan ya lahirnya, pemimpin yang mampu membawa keluar dari keterpurukan?
Sedih, jadi ingat kejadian sabtu siang tanggal 16 juni kemarin…di jalan raya pancoran, persis di depan SPBU Pancoran yang lama…pas gw lagi dempetan naek metromini 604….(sambil megangin celana takut ama copet…!!!)
Lihat seorang Laki-laki berusia paruh baya, menjajakan dirinya dengan selembar karton di dadanya dengan tulisan “Saya Butuh pekerjaan”…(maap ga bawa kamera…aseli lupa…maap…) dan didepan laki laki itu persis gw lihat sedan camry DPR lewat….lengkap dengan atribut lambang DPR di plat nomornya….(sial ironis banget….)
Andai gw punya kerjaan yang bisa gw tawarin…boro boro…
Kapan ya anggota DPR kita yang “terhormat” itu bisa perduli…kapan…mbuh lah
Juni 19, 2007 at 11:04 pm
Aduuh mendadak aku sakit perut bacanya… hiks…right or wrong my country…. tapi pahlawan itu kenapa ga dihargai, akhirnya orang ga mau berprestasi… ya Allah Tuhanku….bukakanlah hati yang tertutup…
Juni 19, 2007 at 11:55 pm
Yang miris lagi nasib orang “pinter” Indonesia,
di dalam negeri sendiri kurang dihargai,namun ketika memilih keluar negri (karena lebih dihargai) dibilang tidak nasionalis. duh. 😦
Juni 20, 2007 at 12:02 am
Ternyata tidak hanya saya yang yang sakit perut.. huahahahahaha
Juni 20, 2007 at 12:06 am
sebenarnya apa yang kurang dari pemimpin-pemimpin bangsa ini ? itu pikiranku dari dulu….. sepertinya sikap kenegarawanan
*jadi miris lihat negeri sendiri*
Juni 20, 2007 at 7:14 am
Harusnya siapa yang di jadikan sasaran bom bunuh diri ya?
Juni 20, 2007 at 7:27 am
Assalamualikum wr wb
kualitas “rakyat” nya juga ndak jauh beda koq.
pemimpin yg adil untuk rakyat yg adil
pemimpin yg taat untuk rakyat yg taat
pemimpin yg dzalim untuk rakyat yg dzalim
pemimpin yg bodoh buat rakyat yg bodoh
betulkan kualitas rakyat nya dulu
kalau kualitas rakyatnya bagus, sekalipun pemimpinnya FIRA’UN, tak kan ada ke-dzaliman
Juni 20, 2007 at 9:27 am
Numpang nimbrung nih Mas…
@ danalingga
Wah, setuju beratz! Saya juga bingung nih, berkarya di kampung sendiri atau pindah ke negara lain? Masalahnya, bangsa ini udah ga nganggep pahlawan (kebanyakannya kita tak kenal) sebagai rakyat biasa yang ga perlu perhatian. Liat aja Pak Habibi…
@ http://sora9n.wordpress.com/
Hmm.. Jadi ceritanya Anda juga mendukung opensource ya? Hehehe..
Mudah2an menteri kominfo yang sekarang lebih merakyat dan manusiawi. Amin
Juni 20, 2007 at 10:12 am
@ kunderemp an-Narkaulipsy
Tersindir? Wah, mohon maaf… tapi seenggaknya belum tersinggung kan? 😉
:::::
@ jejakpena
Hmm, bisa jadi juga begitu, sih… tapi, AFAIK, untuk jabatan menteri itu dipilih langsung oleh presiden, lho. Rakyat Indonesia, sejauh yang saya tahu, cuma mendapat kesempatan memilih di pilpres, pilkada, dan legislatif (CMIIW).
:::::
@ Master Li
Iya, saya juga udah baca kok.
Haduuh; gimana nih nasibnya TI di negara kita? 😦
:::::
@ Rizma
Misalnya ente nyari kambing buat idul kurban di Jakarta. Udah nyari2, akhirnya ketemu yang sehat, gemuk, dan bagus. Ternyata, pas mau dibawa pulang, kambingnya berontak dan kabur.
Kayak gitulah… 🙄
:::::
@ mathematicse
(1) ‘Ikutan’? Enggak. Terinspirasi sih iya. ‘Ikut-ikutan’ dan ‘terinspirasi’ itu beda, lho. 🙂
Lagian, memangnya kenapa dengan ‘template’ model Bang Aip? Bukannya lebih baik kalau kita selalu menyampaikan sumber berita buat rujukan? (o_0)”\
(2) Ah, iya, saya kelupaan masukin content tentang IPDN. Terima kasih masukannya ya. ^^
(3) Amin. Mas juga begitu ya… 😉
:::::
@ Fadli
He? Apanya yang diboongin? (o_0)”\
Ah, kalau soal foto mah cek aja di situs beritanya. Pada nyediain, kok… 😛
*pura2Bego*
:::::
@ joesatch
Joe mau daftar? 😛
:::::
@ celotehnyaradityo
Miris euy… 😦
*jadi ingat kisah Buddha yang pergi keluar istana dan jatuh iba*
*tapi yang ini endingnya lain 😛 *
:::::
@ Evy
Iya bu…
:::::
@ danalingga
Itu dilema para sarjana kita, sih (terutama yang sains dan teknik). Dosen saya pernah cerita soal koleganya yang pascasarjana di luar. Begitu pulang, dia nggak bisa ngapa-ngapain..
…karena alat2 yang dipakai buat eksperimen nggak tersedia di sini. Akhirnya dia terpaksa memilih antara gagal menerapkan ilmu secara maksimal atau pergi ke luar negeri. 😦
Susahnya, yang ngeliat dari luar langsung aja ngasih stempel “nggak nasionalis”. Lha, gimana? 🙄
:::::
@ kunderemp an-Narkaulipsiy (lagi)
Berarti ente masih normal… 😀
:::::
@ fertobhades
Bukannya lebih kekurangan sikap altruisme, Mas? 🙄
Negarawan besar macam Bung Karno sukses di dalam dan luar negeri, tapi… rakyatnya nggak mencapai status “makmur banget”. Itu karena pemerintahannya lebih fokus pada proyek mercusuar seperti GANEFO… (IMO, CMIIW).
:::::
@ manusiasuper
Jangan tanya saya ah. Pertanyaan dilematis itu… 😛
:::::
@ abdulsomad
Iya sih Wak. Masalahnya membetulkan kualitas rakyat itu kan juga butuh bantuan penguasa juga.
Gimana mau bikin rakyat jadi cerdas, kalau duit buat mbangun sekolah aja kena sunat terus? 😦
:::::
@ pramur
Nggak usah jauh-jauh… juara olimpiade fisika tahun lalu aja jarang ada yang kenal… Nelson Tansu juga hampir terlupakan, padahal dia asli Indonesia dan udah jadi profesor di US umur 29 tahun (!).
Begitulah… ^^
Sekarang lagi pake SuSE 10.0, dan berencana migrasi ke ubuntu 7.10… (sayangnya saya belom nemu CD/ISO-nya sampai sekarang 😦 )
Juni 20, 2007 at 11:15 am
@ sora9n
Ah, memang benar kok yang milih para menteri itu wewenangnya presiden. Yang saya maksud raja-raja di atas itu secara umum, memilih orang2 yang memimpin dan diberi kepercayaan…
Juni 20, 2007 at 11:30 am
duh koq diingetin lagi sieh? kan jadi tambah pengen nampar mereka2 itu -_-
Juni 20, 2007 at 12:18 pm
@ jejakpena
Aah, sou… (o_0)”\
:::::
@ chielicious
*gokil mode on*
Hidup itu keras… dan kebenaran itu pahit, mbak. 😛
😆
Juni 20, 2007 at 12:39 pm
Assalamualaikum…
yapzzz inilah realita nasib bangsa kita. ironis memang.
TAPI G’ perlu NANGISS, Coz IBU PERTIWI mau BUKTII!
Saat nya untuk bangkit perbaiki nasib bangsa.
so…
SEMANGAT!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
( eh pentung na kebanyakan )
SEMANGAT ! (gitcu)
Juni 20, 2007 at 1:51 pm
Yang “dipotret” itu bukan raja bung! tapi kacung!
Btw, postingan yang bagus nih 🙂
@abdulsomad
Kecewa baca komennya wak abdul 😦
Kalo pemimpinnya (maksudnya kacung yang sok jadi pemimpin-red) tidak bisa diharapkan, ulama-nya barangkali…??
Juni 20, 2007 at 3:59 pm
[…] Pengumpan untuk Entri ini Alamat Jejakbalik […]
Juni 20, 2007 at 4:15 pm
wuahaha….isin aku….gimana negeri ini mau keluar dari krisis, wong para pemimpinnya aja pada *KRISIS* smua…ha..ha…
Juni 20, 2007 at 6:18 pm
ah, isinya komen mulu, males!
Juni 20, 2007 at 6:45 pm
@Joe
Sailormoon maksudnya?
@Sora9n
Sampe sekarang saya masih pengen marah setiap kali inget omongannya Adhiyaksa Dault soal Masruri..Kok bisa2nya dia bicara begitu? Sudah saya analisis pake teori psikologi segudang, tapi tetep saya ga ngerti alasan di balik omongannya. Stress kali ya dia?
Juni 21, 2007 at 10:11 am
Soal yang kasus Sutiyoso,
Bukannya sudah umum di dunia diplomasi bahwa “sudden illness” adalah salah satu cara untuk mengatakan:”saya tidak berkenan datang ke acara anda, karena satu dan lain hal”
Sumbernya agak nggak valid sih, salah satu Episode Commander-in-Chief di MetroTV yang episode kunjungan Presiden Russia.
Juni 21, 2007 at 3:37 pm
bukan nya dengan begitu jelas lah sudah keadilan Tuhan, kita punya tanah yang bisa kasih apa aja, selain itu kita punya pemimpin yang bisa menghabiskan apa saja..
kedengaran nya cukup adil..
Juni 21, 2007 at 9:57 pm
Moga-moga para blogger terutama yang nulis di Omaigat ini bisa jadi menteri, karena kan mereka tau semua permasalahan bangsa dan kayaknya bisa menyelesaikan..
Awas loh kalo jadi menteri atau pejabat…. ingat amanah dari rakyat… 🙂
Juni 21, 2007 at 10:00 pm
yup, biar bisa terbukti ntar maksud tulisan di sini.
Juni 22, 2007 at 12:38 pm
jek, kalo potret yang bagus apa aja ??
Juni 22, 2007 at 4:51 pm
@ fadhilla
Wa’alaikumsalam… 🙂
Yo, semangat…! 😀
:::::
@ elpalimbani
‘Kacung’ pun bisa jadi ‘raja’ lho Mas… walaupun dalam skala kecil. 😛
:::::
@ the23wind
Tanya kenapa… 🙄
:::::
@ kopidangdut
Ah, komen lagi. Males saya bacanya…
:::::
@ calonorangtenarsedunia
Soal Menpora? Wallahu a’lam… 🙄
(padahal itu kejuaraan catur ASEAN lho)
:::::
@ dnial
Hmm, iya ya? Baru tahu… 😕
Tapi memang sih, ini alasan yang sering dipakai. Di koran juga (AFAIK) sering ada konglomerat/politisi yang diundur penyidikannya gara2 sakit mendadak.
Pak Harto juga sampai sekarang nggak diadili karena alasan kesehatan, tuh… 🙄
:::::
@ hamilmuda
Adil sekali…
*two thumbs up* 😉
:::::
@ arul
Tahu semua masalah bangsa?
Ah, terlalu berlebihan kayaknya. Rasanya nggak ada kontributor OMG yang tahu semua masalah sosial dari Aceh hingga Papua…
Insya Allah. BTW, ini juga berlaku buat Mas Arul yah. 😉
:::::
@ danalingga
Eh, Mas juga harus lho. Ntar kalau Mas yang terpilih jadi menteri, dan ternyata korupsi, awas aja…
-jangan cuma awak OMG doang dong yang harus jujur. Gak adil, kali… 😉 –
:::::
@ jek
Potret yang bagus? Ada…
Busway-nya Bang Yos lumayan bisa dipakai… (walaupun maintenance-nya agak kurang sih); Kapolri Sutanto agresif berantas judi, dll…
OK, nanti kami gali lagi sumber berita soal itu. Makasih masukannya ya. 🙂
Juni 22, 2007 at 9:56 pm
hehehe …. dagelan negara? lha itulah bonus kita bayar mereka, dapat hiburan yang nggak lucu.
Juni 22, 2007 at 11:29 pm
waduh, perutku sakit [yang ini beneran]
memang aneh ya bangsa ini, udah pemimpinnya pada katrok, rakyatnmya masih aja mau dipimpin sama pemimpin katrok…
repolusi, ayo kita adakan repolusi….
celingak-celinguk, nyari apa ada aparatJuni 22, 2007 at 11:39 pm
@abdulsomad — tepat sekali.
@soran8 — sekolah itu tidak selalu mencerdaskan lho 🙂 malah kadang bisa jadi membodohkan.
(masih sebal kalau ingat kebanyakan pelajaran dulu cuma menghapal… duhh)
Juni 22, 2007 at 11:57 pm
[…] Jun 22nd, 2007 by sora9n Sebetulnya, topik yang hendak dibahas kali ini sudah beberapa kali terlintas di pikiran saya. Meskipun demikian, saya ingin membahas topik ini secara khusus — terutama setelah mendapatkan beberapa respon mengenai tulisan saya di sini. […]
Juni 24, 2007 at 5:19 pm
[…] bagaimana dengan penyelesaian dari masalah tadi tadi? Ah, peduli amir ujar Suroto. Toh sudah ada Raja Raja Kecil di tiap daerah dan distrik yang siap memberi […]
Juni 26, 2007 at 8:26 pm
Hah?? Sofyan Djalil mau Solasi?? mau belajar piano?? nanti saya kirimin buku pelajaran seni musik deh… hak-hak-hak
jangan lupa kan kalau sense of crisis rendah itu kebanyakan denger lagu Alm. Chrisye yang judulnya “Badai Pasti Berlalu”
Juni 28, 2007 at 5:38 pm
bagussss ….pejabat di sini mana ada sih yang bener ?? ehehehehehehe
bagussss…
Juni 29, 2007 at 10:08 am
satu lagi……raja kita, MESKI dah sepuh, gak jadi dipenjara, pernah didemo ribuan mahasiswa, membunuh rakyat sendiri dg operasi militernya, keluarga dan hadai taulannya meraja lela (dalam hal wanita dan harta), Tapi masih dipuja-puja dan dielu-elukan 🙂
Juli 1, 2007 at 4:53 pm
Atlet Olah Raga = Pahlawan ?
Atlet Olah Raga = Pengharum Nama Bangsa ?
Atlet Olah Raga = Harus Diistimewakan ?
Tahu nggak, mengapa banyak orang mengelu-elukan atlet? Karena mereka menebar rasa kebanggaan di dada orang-orang yang (kebetulan, karena takdir dan nasib) sebangsa dengannya.
Tapi, tahu nggak, sebenarnya apa artinya menebar kebanggaan itu? Menjadi candu bagi penderitaan Indonesia. Daripada mikirin perut, daripada mikirin pejabat korup, mendingan mikirin atlet olahraga yang sudah menjadi “pahlawan”. Candu, karena Indonesia menang Juara Dunia Bulu Tangkis ato nggak tetap utangnya Indonesia gak bisa lunas.
Prestasi seorang atlet olahraga saja (thok thil) tidak akan membawa perubahan berarti bagi perbaikan moral bangsa. Cara-cara perjuangan lain justru lebih unggul untuk memperbaiki moral bangsa.
1. Lewat buku
2. Lewat koran
3. Lewat berita
4. Lewat film
5. Lewat musik
Itu menurut saya lebih penting daripada “pahlawan” olah raga itu.
Juli 1, 2007 at 11:13 pm
Menurut Ma atlet olahraga itu juga berjuang mengharumkan nama bangsa kok,, sama juga dengan yang lain,,
kan peduli sama mereka bukan artinya kita jadi ga peduli sama penanganan korupsi atau apapun yang lainnya,,
Juli 5, 2007 at 4:27 pm
[…] lagi bunda akan merayakan ulang tahun yang ke-61. Sekarang keadaan sudah berubah, Bunda. Penerus – penerus kita sudah melupakan perjuangan kita dulu, Bunda. Entah karena takut akan penjajahan ataukah karena […]
Juli 10, 2007 at 12:16 am
huhuhu… jadi inget seseorang.. kasi linknya dong…
*maap Sou, OOT…*
[Moderator]: “Priiit…!!! Kartu kuning.
Sekadar mengingatkan, OOT tidak diperbolehkan di blog ini. Ini sekaligus peringatan buat komen2 selanjutnya di post ini ya. Sekian, terima kasih. 🙂 “
Juli 11, 2007 at 1:46 pm
Ini cocok dengan blog saya, bangsa indonesia adalah bangsa yang bodoh. Knp bodoh? Ya yang jadi raja juga gak pinter …
http://bangsabodoh.wordpress.com/
Agustus 16, 2007 at 10:59 am
[…] Tuhan, berikanlah kepada negeri kami umur yang panjang dan penuh berkah. Mudah-mudahan… Para raja-raja kecil di negeri kita bisa bersikap lebih baik dan mengayomi rakyat di kemudian […]
Oktober 23, 2007 at 2:12 pm
[…] kesan intoleransi yang tampaknya dimiliki oleh umat agama saya. Kemudian, soal kasus laptop DPR dan kliping kelakuan pejabat di blog seberang sana. Tentunya saya juga harus memasukkan soal teori evolusi dan sekuelnya, yang […]
November 12, 2007 at 9:07 am
[…] birokrasi di negara ini, yang asalnya dari generasi Bapak dan Ibu sekalian. Terima kasih pula untuk raja-raja kecil yang tak berkualitas diantara kalian, yang harus kami gusur kelak di masa depan. Dan terima kasih […]