Ditulis oleh Evy
Seorang bule nashoro bertanya “Are you mosleem? Do you know what is Syiah and Sunny? Are they both mosleem? Why they kill each other?” Trus kalo kita ndegerin hal spt itu.. kiro2 sing disebut wong Islam yang mana.. apa semuanya bukan orang Islam.. atau mungkin hanya salah satu aja yg Islam..?
Lha.. gimana ini, mau nentukan Islam aja kok bingung karepe dingklik… Emangnya ngga’ ada batasan atau kriteria sing Islam itu sing gimana..? Apa kita bisa bikin kriteria Islam tersebut sesuai aliran kita sendiri2…Klo begitu kan banyak macem wong Islam.. Karena menurut aliran ini seperti ini…. Semua merasa paling bener dan paling Islam.. Anehnya lagi.. buku sing dibaca sama Al-Quran dan hadist hurufnya sama tapi kok yo sik bengkerengan, ini sak jane sing kliru bukune apa yang baca bukunya sih…?
Padahal Nabi bersabda.. Bahwa sesama Muslim itu bersaudara… Satu saudara muslim disakiti maka saudara yg lain akan turut merasakan.. Satu duri tertancam pada kaki, maka tangan, hati, punggung akan ikut merasakan.. Ini sing selalu diingatkan nabi kepada kita.. Tapi sekarang kok malah kita ini tega2nya mengkafirkan saudara sesama muslim..wuiik medeni…mau jadi drakula bung.. pake minum darah segala..? Islam aja melarang minum darah.. Lha ente kok bisa bilang halal darahnya itu dari mana sumbernya…ini dimana yo letak salahnya..menganggap teman yang ini bukan Islam, teman yang itu Islam tapi bla..bla..yok opo sih..aku kok jadi mumet dewe…kalo Islam itu begini..kan gampang aja di adu domba.
Ini menunjukkan tidak adanya persatuan dalam Islam… uhkuwah islamiyahnya ngga ada.
Dan inilah yg harus kita hadapi dg sabar (QS.39:10) Ya..cara berdiskusi memang salah satu solusinya..tapi saat berdiskusipun, harus diingat bahwa saat berdiskusi kita harus mau melapas atribut kita.. melepas keterkungkungan kita..membuka wawasan kita.. Mau menerima pendapat yg lain…dengan cara begitu..maka saat berdiskusi kita bisa dg tenang. Memang kadang dalam menerjemahkan Al Qur’an terjadi perbedaan persepsi.., dari perbedaan tersebut kita bisa menganalisa bagaimana yg seharusnya.. Dan bila kita ngga bisa menyelesaikan.. tentunya kita bisa minta bantuan org yg lebih ahli…
Nabi pernah bersabda bahwa saat berdebat dan hasil perdebatan tidak ada kata sepakat maka kebaikan atas debat tersebut nilai palahnya satu.. Tapi saat berdebat dan hasil debat adalah diperoleh kesepakatan maka kebaikan atas debat itu nilai pahalanya dua.. lhaaa klo itung2an dagang sebenernya.. Ngga ada ruginya berdiskusi yo..sama-sama dapat nilai kan..he.he..
Nah, kalo umat Islam dan sesama umat Islam udah seperti itu.. Trus kiro2 Islam ini akan menjadi lebih baik opo ngga yo, kiro2.. Semua jawaban sebernya bisa lah kita jawab sendiri.. (Padahal dalam QS.16:125.. dibilang maka berbantah2anlah dg cara yg baik..) Wah, opo ngga hebat nih Al Qur’an..sampek cara diskusi atau debat aja diatur..yo..Tapi yg lebih utama kan seharusnya kita, umat Islam ini menjaga uhkuwah islamiyah dengan baik kan.. Sehingga kebersamaan dan persatuan umat ini akan menjadikan Islam lebih kokoh dan lebih baik serta berkembang sesuai spt yg diinginkan nabi, umat Islam itu tidak boleh hanya terkungkung dalam kesempitan semata..
Di dalam Al qur’an sendiri ada ayat yg menyatakan bahwa agama Islam itu luas….Agama Islam itu bukanlah agama yg sempit….kalo mau membaca dan mengartikan makna al Qur’an disuruh tenang dan ikhlas.. Hingga semua pikiran yg terkotak2 itu hilang dan sekat2nya rontok juga.. Ya, dg demikian harapannya dalam membaca al qur’an akan mendapat petunjuk dan hidayah sing luar biasa besar manfaatnya…
Memang bener sabda Nabi, kalo menjaga uhkuwah Islamiyah itu harus diutamakan.. Lha kalo engga kan sesama umat Islam perang terus menerus.. Sedikit aja ada perbedaan sing ngga prinsip gelut, sedikit aja ada beda persepsi udah tukaran.. Dan repotnya lagi podo ngga mau ada sing ngalah.. Ngalah dalam arti diajak diskusi dan mencari kebenaran sing sesuai dg Al Qur’an dan As Sunnah..
Semuanya akan mempertahankan pendapatnya dan merasa pendapatnya itu sing paling bener..dan ngga mau mendengarkan pendapat orang lain..Padahal kalo saja orang mau mendegarkan pendapat org lain dg tenang..bisa jadi dari pendapat tsb kita akan mendapat ilmu..Dan seandainya pendapat org lain tadi salah.. Kita berkesempatan untuk membenarkan..Sehingga pendapat yg salah tadi ngga keterusan salah tanpa ada yg memperingatkan.
Semoga saja umat Islam ini makin kokoh persatuannya dan dapat menjaga Ukhuwah Islamiyahnya dg erat satu sama lain..
After all, we are the big families..Peace…ahh
Juli 21, 2007 at 4:33 pm
Hmmm….saya kira tidak perlu saling gontok – gontokkan seperti itu, ya. Mengingat manusia itu dulunya sama, dari satu keturunan juga. Untuk Islam, dari satu agama juga.
Saya kira mengingatkan adalah jalan terbaik. 😀
Juli 21, 2007 at 4:54 pm
mengingatkan tanpa menghujat dan merendahkan satu sama lain tentunya 🙂
Juli 21, 2007 at 5:00 pm
[…] Sesungguhnya Tuhan itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Seluruh umat Islam itu satu dan bersaudara. […]
Juli 21, 2007 at 7:28 pm
sayangnya masih belum banyak org yang sadar akan hal ini 😦
mudah mudahan postingan yg ini ramai dengan dukungan untuk bersatu bukan ramai dengan hujatan suatu golongan ke golongan yg laen 😀
After all, we are the big families..Peace…ahh
Piss ahh juga
Juli 21, 2007 at 7:39 pm
Menurut saya, orang2 yang saling menuduh, saling mengkafirkan saudaranya sendiri adalah orang2 penakut.. orang yang sudah tau tentang musuh islam sebenarnya tapi tidak berani untuk melawan mereka……
Juli 21, 2007 at 10:35 pm
Lah bukannya Islam itu sebanyak umatnya. 😆
saya malah jadi berpikir dikarenakan Islam itu luas maka jumlah kotak yang bisa di tampungnya pun semakin banyak.
Juli 21, 2007 at 10:56 pm
Peace for humanity
@almascatie
Islam punya musuh?? Ups…
Juli 22, 2007 at 11:41 am
Sedikit banyak ane sepakat!
Kalo ane mah, yang penting damai-damai aja!
Kalau ada “ilmu yang berlebih” silahkan dibagi dengan damai. N kalo ada perbedaan pendapat gak usah saling hujat! Tul gak Bu?
Juli 22, 2007 at 11:58 am
[Menurut saya] Prioritas aktivis ummat saat ini [kalo memang mau kerja] bukan mempertajam perbedaan dan membuat konflik dengan sesama kelompok2 Islam, tetapi tugas utama kita adalah mengatasi kebodohan/ketertinggalan ummat akan agamanya sendiri dan mengangkat eksistensinya (ilmu dan ekonomi) di kehidupan/dunia ini.
Tumben nih bu Evi, apa kesehatan gigi kita berkaitan dengan problem ummat juga ya bu ? 🙂
Ide persatuan ummat… setuju
Juli 22, 2007 at 8:26 pm
Menjaga ukhuwah ternyata lebih sulit ketimbang menebar permusuhan yah? Salut untuk insan-insan yang sanggup menerima segala perbedaan.
After all, it’s a colourful world, isn’t it?
Salam kenal
Juli 23, 2007 at 2:57 pm
bukankah kita hidup di bumi yang sama?
Juli 23, 2007 at 3:55 pm
masih ada koq….:)
lah bu evy ikutan2 nulis tentang agama nih..:)
Juli 23, 2007 at 4:00 pm
Lho kalau menulis ternyata bisa, tapi mengapa praktiknya tidak demikian? Maksudnya mengapa praktiknya, ketika diskusi atau dalam kehidupan keseharian sekalian, seperti cara berpakaian, cara makan dan minum, cara shalat, cara wudhu, cara puasa, dan cara memahami agama Islam berbeda-beda, padahal katanya semua mengaku bahwa Tuhannya sama, kitabnya sama, haditsnya sama, kiblatnya sama, dan nabinya sama?
Jawabannya jelas (bagi yang mau berpikir): karena dalam memahami agama ini mereka tidak merujuk kepada pemahaman para shahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan para ulama ahlus sunnah yang mengikuti ketiga generasi tadi dengan lurus?! Maka renungkanlah!
Juli 23, 2007 at 4:29 pm
@antosalafy
“Jawabannya jelas (bagi yang mau berpikir):”
Hmmh, terlihat seperti pemaksaan kehendak
~peace
Juli 23, 2007 at 4:39 pm
Kalau tidak salah, anda mengikuti cara berpikir para salafy – salafy…
Renungkan sana.
Juli 23, 2007 at 4:40 pm
Wah, rupanya mas AntoSalafy pernah berpikir… 😛
Algoritma pemikiran mas mungkin begini;
1. Berpikir!
2. Cek pemikiran, apakah sudah sama dengan ulama A dan ulama B?
3. Kalau sudah sama, ke poin 4. Kalau belum, ulangi berpikir.
4. Baru jawabannya ketemu 😛
Juli 23, 2007 at 5:04 pm
bener bu dokter..
we are big family..
cara makan yang beda beda adalah keunikan masing masing manusia..
ada yang bilang :
“perbedaan pendapat adalah kehendak Allah, jika saja Dia mau tidak ada kesulitan sedikitpun untuk menjadikan tiap-tiap kita satu pendapat dalam segala hal.”
Juli 23, 2007 at 5:07 pm
Artikel yang berapi api? panasss puanasss puanassss, ahhhh
*aduh kebablasan 😆 )
Algoritma Berpikir versi Fadli :
1. Liatin
2. Pikirkan
3. Punya pendapat sendiri? Jika Ya goto 4, jika tidak goto 5
4. Selamat! Anda adalah seorang Mu’tazilah yang mungkin saja berevolusi jadi liberal.
5. Ikut kyai dunkz. Upps, kyainya siapa dulu? jika siapa saja pokoknya kyai goto 6, jika pikir-pikir dulu goto 7
6. Selamat! Anda baru saja dibaiat jadi seorang NU. Siap2lah dituduh pemelihara bid’ah.
7. Kyai dari luar negri aja dech. Tapi darimana ya? Dari India kah? goto 8 atau dari Arab? goto 9
8. Arijekanehe Acca Acca. Sukriya Anda adalah Jamaah Tabligh. Harap maklum jika Anda dihina dina, itu sudah takdir anda. ga usah protes
9. Dari Arab dunkz, ha ha ha ha ha. Eh, Arab Mana dulu? dari Mesir, Iran, Jordan atau Saudi. Dari Mesir silahkan goto 10, dari Jordan go to 11, dari Iran goto 12, dari Saudi goto 13
10. Selamat! Anda adalah Ikhwanul Muslimin yang menghalalkan demokrasi. Tercelalah Anda.
11. Anda siapa? Hizbut Tahrir? Bah, anda sama saja dengan saudara tua anda si nomor 10
12. Selamat! Anda Syiah Laknatullah. Darah Anda Halal ditumpahkan wahai penyeru bid’ah.
13. Yups ini dia jalan keselamatan si Nomor 13. Silahkan baca buku buku syaikh2 kami, jika Anda ingin mencari kebenaran. Oo iya, kalo ga ketemu berarti itu adalah ketidakbenaran. Oo iya satu lagi, silahkan Anda pakai label kehormatan kita yaitu S****y (ahh anda tahu lah jika Anda kaum yang berpikir)
Juli 23, 2007 at 5:09 pm
@antosalafy
Wah menarik nih kimen yang saya quote ini. Saya jadi berpikir apakah jika kita mempunyai pemahaman yang berbeda dengan para ulama lantas pemahaman kita pasti salah?
Juli 23, 2007 at 5:10 pm
antosalafy:::
oom, kemarin waktu saya lagi getol2nya berpikir, kok malah oom bilang yg kayak gitu itu ga boleh? oom bilang jgn mendewa2kan akal. gimana neeh oom? dobel standar ya? 😉
sebenernya saya boleh berpikir/ga tho? apa yg boleh itu “berpikir bagaimana caranya supaya kita bisa taklid dgn pendapatnya ulama”, sekalipun ulama itu ga paham dengan gaya sentrifugal dan hal lainnya yg membuat satelit geostasioner tetap berada di tempatnya? 🙂
Juli 23, 2007 at 5:19 pm
@Fadli
hahahha … sampai segitunya 😀
Juli 23, 2007 at 5:22 pm
@ Watonist
Lha iya no. Iku ilmiah lho rek/dab.
Juli 23, 2007 at 5:31 pm
hehehe … ya .. ya .. ilmiah
tapi malah bikin hati ini tambah miris kang, sebegitu bergolong-golongankah umat ini ?? saat ini ??
*semoga hanya sebuah perbedaan nama*
Juli 23, 2007 at 5:41 pm
@Fadli
Narsis tuh, pake bahasa Indonesia dong 🙂
Astagadinaga… dia nguber2 terus..
Apa2 an nih … kok ada “Astagadinaga” segala ?
#Pokoke seng ngerte mong dewe#
Juli 23, 2007 at 6:48 pm
@Fadli
iso iso ae kowe kuwi fad 🙂
nice algorithm bro !!
nb:
entar kalo udah dicoding, aku njaluk source code-e yo 😛
Juli 23, 2007 at 7:28 pm
@Herianto
Astogodinogo,
iki nggolek opo toh? koq yo hobi mrisani aku.
@agiekpujo
beresss dab. nek pengen njaluk yo sering2 main nang omahku.
Juli 23, 2007 at 8:03 pm
Aku cuma Bisa Terdiam…………….. :”(
Juli 23, 2007 at 9:46 pm
@ Geddoe
Hmm,, curiga ga dapet dapet jawabannya nih,, 😕
@ Fadli
gilee!!! keren gitu kuisnya,, 😆
tapi Ma kayanya ga berhasil nyampe jalan keselamatannya deh,, malangnya Ma,,
Juli 23, 2007 at 11:11 pm
rizma:::
kalem, ma…aku malah cuma terancam mentok di nomer 4 😛
Juli 24, 2007 at 12:35 am
@ antosalafy
Semua orang mengaku-aku dicintai Laila,
tapi tak satupun yang tahu bahwa Laila memungkiri mereka.
Semua orang merasa jalannya diridhoi Allah,
tapi tak satupun yang tahu bagaimana sebenarnya Allah menilai.
Mas Anto, apakah tidak tertutup kemungkinan adanya penafsiran yang bergeser dari para tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan para ulama? Sebab, setahu saya yang maksum hanyalah Nabi dan Rasul; sedangkan ulama dan tabi’in selalu punya kemungkinan untuk melakukan kesalahan, walaupun sedikit.
Juli 24, 2007 at 12:47 am
laila canggung
laila canggung
laila resah
hatinya binguuuuung…
^_^
*kayaknya mas antosalafy ga bakal mau mempergunakan hak jawabnya buat nanggapin komentar2 buat beliau di sini, deh. ah, semoga saya cuma su’udzon.*
Juli 24, 2007 at 7:45 am
@ Sora
ya ampun Sora ini,,
*sok geleng geleng*
Kan ulama kaya gitu Ijma’nya kalo benar pahalanya dua, kalo salah pahalanya satu,, gimana bisa jadi ga ma’sum coba?? 😆
Pertanyaannya,, Hadist itu se-sahih apa siih??Lagian sebanyak banyaknya salah beliau itu,, tetep lebih pinter daripada orang orang yang bisanya cuma komplen kaya kalian ini,,
*error mode on* 😈
Juli 24, 2007 at 9:29 am
@ Mihael “D.B.” Ellinsworth
Benar.
@ Shelling Ford
Mbah Joe, saya lihat eyang ini berpikirnya liar, bebas berbicara, dan tidak ada dalil yang kokoh gitu. Saya juga gak pernah nglarang Mbah Joe ini berpikir kok. Cuma saya kritik dari sisi penentangan Mbah Joe terhadap fatwa-fatwa ulama, meremehkan ilmu mereka, dan menganggap orang lain yang menghormati dan patuh terhadap fatwa dan bimbingan ulama sebagai orang yang taklid, tanpa didahului dasar pengetahuan yang kuat. Sisi ini yang saya kritik dari Mbah Joe. Ya sekali lagi mohon beribu-ribu maaf jika tanggapan saya menyinggung perasaan Mbah Joe.
@Danalingga
Maksudnya?
@ Sora9n
Benar. Orang per orang dari kalangan shahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in serta para ulama tidak terbebas dari kesalahan. Namun, mereka sepakat dalam kebenaran dan ittiba’ (mengikuti) apa pun yang didatang dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Juli 24, 2007 at 10:45 am
@ Mas Anto
Mas Anto,, komennya hari ini lebih enak dibaca,, 🙂
kalo mas Anto sering bikin komen yang enak dibaca kaya gini,, orang jadinya ga bakal mulai dengan defensif,, 😀
OOT ya,, sori,,
Juli 24, 2007 at 11:02 am
@ Rizma
Ma, mentok dinomer berapa?
masing-masing terminasi ada doorprize nya lho.
Juli 24, 2007 at 11:13 am
@antosalafy
Maksud saya jika saya berbeda pendapat dengan ulama, apakah lantas pendapat saya yang salah? Apa nggak mungkin pendapat ulama itu yang salah?
@fadli
kalo saya kok mentok di nomor akhir alias 13 ya? Pertanda apa gerangan itu? 😆
Juli 24, 2007 at 11:23 am
danalingga
ahh, masa sih. anda yakin? deal nih? ga mau ganti? phone a friend dulu deh. nih saya tawarin 50:50
Apa? ga mau ubah? Ya sutralah. Anda mendapatkan doorprize sebuah …
PAYUNG CANTIK hahahaha
Coba Anda pilih nomer 12, hadiahnya tiket wisata ke Ezfahan
Juli 24, 2007 at 11:33 am
@ danalingga
Jawabannya tergantung dan dalam masalah apa. Kalau masalah-masalah yang di dalamnya dikenal ada perselisihan, bisa jadi antum akan berlainan dengan pendapat (ulama) yang lain karena antum akan berpegang pada pendapat (ulama) yg dirasa benar/mendekati kebenaran menurut antum. Contohnya, masalah menggerak-gerakkan jari ketika isyarat pada tasyahud (dlm shalat). Misalnya, antum berpegang pada tidak menggerak-gerakkan jari. Sudah tentu pilihan antum akan berbeda dengan ulama yang memilih menggerak-gerakkan jari. Dan ini tidak boleh ada pemaksaan terhadap orang yang berbeda dengan kita karena masing-masingnya berpegang pada dalil, yakni hadits wail bin hujr. Hanya di dalamnya ada seorang rawi bernama zaidah bin qudamah yang bersendirian meriwayatkan bahwa jari digerak-gerakkan. Maka harus dilihat dan disikapi dengan pemahaman (agama) yang benar. Wallahu ta’ala a’lam.
Dan harus disepakati di sini bahwa perselisihan itu dalam lingkup ulama ahlus sunnah saja.
Juli 24, 2007 at 11:56 am
@antosalafy
Wah jadi tetap saya harus punya backup pendapat ulama juga ya? Yang kebetulan berbeda dengan ulama yang saya tidak setujui pendapatnya itu.
Tapi bagaimana bila saya memakai pemahaman saya sendiri, dan ternyata berbeda dengan ulama. Kalo begitu boleh nggak?
Juli 24, 2007 at 12:15 pm
@ danalingga
Sudah dibilangin ga mau nurut.
Tuh kan akhirnya kmu mangkir juga. Sudahlah akui saja bahwa kamu sebenarnya lebih suka nomor emprat (nomor 4)
hehehe, peace
Juli 24, 2007 at 12:21 pm
@fadli
[politikus mode on]
wah saya bertanya bukan berarti saya mempunyai pikiran yang begitu ….
[politikus mode off]
eh tapi saya lebih suka no. 13 euy, kesannya kan sangar gitu. 😛
Juli 24, 2007 at 1:29 pm
@ danalingga
Jawabannya tergantung. Kalau pemahaman itu berkisar masalah dunia dan tidak ada hubungannya dengan agama, silakan saja. Tapi kalau masalah agama, antum mau memakai pemahaman sendiri… nanti dulu, sebelum diteruskan, saya mau tanya:
1. Dari mana antum bisa memahami agama?
2. Sudah cukupkah bekal ilmu untuk memahami sendiri, seperti bekal ilmu hadits, ilmu nahwu, ilmu fikih, dsb dari ilmu agama?
3. Mau merujuk kepada siapa jika nanti menemui perselisihan dalam masalah agama seperti permasalahan fikih, sedangkan tidak dijumpai pembahasannya di Alquran maupun dalam hadits?
Juli 24, 2007 at 1:40 pm
*tunjuk tangan*
mmm… udah boleh saling salaman?
Juli 24, 2007 at 1:47 pm
@antosalafy
Ya..ya…berarti kalo masalah dunia tidak apa apa yak. Tapi saya sering mempunyai pehaman yang berbeda tentang makna dari suatu ayat AQ atau isi hadist. Dan saya lebih prefer untuk menggunakan pemahaman saya (yang tentu saja bagi saya lebih masuk akal) dibandingkan pemahaman orang lain termasuk yang di sebut ulama sekalipun. Nah kalo begitu gimana?
saya tidak berniat memahami agama. Saya hanya berniat memahami Tuhan, dan mungkin salah satu jalanya melalui agama.
Ini maksudnya memahami ajaran agama ya? Jika begitu tidak cukupkan dengan ilmu berserah diri kepadaNya saja?
Jika begitu maka saya akan merujuk kepada AQ yang hidup, yang tersebar hikmahnya di semua aspek kehidupan ini. Atau kalo sanggup langsung merujuk kepada yang empunya ilmu, yaitu Tuhan sendiri.
Juli 24, 2007 at 1:50 pm
Kalau memahami agama saja membingungkan seperti ini, maka lebih baik apabila saya langsung memahami Tuhan. Tidak usah memahami agamanya. Begitu…?
Juli 24, 2007 at 2:00 pm
Astagadinaga!
Ini koq jadinya tambah ruwet. Kalo saya sih gampang aja (ini ngutip Gus Dur lho)
1. Pertanyakan dulu apa guna agama bagi Anda.
2. Seberapa penting agama bagi Anda?
3. Apa yang Anda cari dalam agama?
4. Kalau ternyata tidak cocok, apa yang akan Anda lakukan?
Jadi intinya itu Anda yg butuh agama, atau agama yg butuh Anda?
Tambah rumit ya? Ya maap, pokoknya gampangnya gini :
Tuhan itu menciptakan Anda untuk menyembahNya, bukan untuk memahamiNya.
Gitu aja koq repot.
*maap, syntax error* please compile it carefully
Juli 24, 2007 at 2:37 pm
@ danalingga
Kalau jawaban antum begitu, ya terserah antum mau bagaimana dengan hidupmu. Toh, mau tidak mau, suka tidak suka, kita semua akan mempertanggungjawabkan ke hadapan Allah kelak di hari kiamat.
@ Mihael “D.B.” Ellinsworth
Sebetulnya agama itu mudah. Tinggal kitanya mau sungguh-sungguh tidak dalam menjalankan syari’at Islam.
Juli 24, 2007 at 2:42 pm
@antosalafy
yah, saya sih setuju dengan kata-kata terakhir anda di atas. Dan saya tambahkan dengan penekanan bahwa tanggung jawab itu kita akan hadapi sendiri, tanpa bantuan siapa siapa. Murni saya dengan Allah.
Juli 24, 2007 at 2:48 pm
Khas manic street preacher 😆
Juli 24, 2007 at 3:01 pm
@Kopral Geddoe
this Manic Street Preacher? 😆
*mengendap-endap*
Juli 24, 2007 at 3:09 pm
Kalau saya sih, sepertinya akan memahami agama menurut cara saya sendiri. Apabila ada larangan akan sesuatu sedangkan dalilnya sendiri belum saya yakini sepebuhnya, maka saya belum bisa menerimanya. itu hanya contoh.
Ah, lebih baik saya memahaminya lewat Al-Qur’an saja. Atau lewat Buku Pendidikan Agama Islam. Tidak lewat mana – mana lagi. Saya kira cara itu jauh lebih mudah.
Juli 24, 2007 at 4:37 pm
@ Fadli
masih ngebahas kuis itu,, Ma jadi dapet apa door prize-nya??
@ Dana
Ma bener bener (ga tau pilihan katanya,, kagum? heran? penasaran? salut?) sama kalimat ke-berserahan diri-nya Dana itu,, 🙂
@ DeBe
dari buku pendidikan agama islam?? yang di sekolah? nyari pertanyaan seputar fiqh?? waaaah,, (entah kagum,, entah heran,, entah ga yakin) 😕
eh eh,, ini masih masuk topik tulisan ga sih ya?? 😕
Juli 24, 2007 at 5:01 pm
@danalingga
wahh … diskusi keren gitu nggak bilang-bilang … ketinggalan cerita deh …
btw, salut …
hidup nomor tigabelas
Juli 24, 2007 at 9:02 pm
@Ma
Jadi maluw. *sembunyi di bawah kasur*
@Watonis
walah sampean sih kurang lincah bergeraknya, jadinya kan ketinggalan
metrominicerita. 😀Juli 24, 2007 at 10:42 pm
antosalafy:::
oh, tidak. bukan meremehkan, kok. tapi saya memang meragukan apapun itu yg terkesan tidak didasarkan pada fakta ilmiah dan pendalaman yg mengkhusus – kayak kasus gaya sentrifugal dan satelit geostasioner itu.
ulama agama pun bisa salah. salah dlm menafsirkan, termasuk dalam memahami gaya sentrifugal. gaya sentrifugal itu bidangnya ulama fisika, bukan ulama agama. ulama itu artinya orang yg berilmu, kan? bukan monopoli untuk bidang agama. ilmu itu bisa dalam berbagai bidang.
umar dan abu bakar nggak bisa bikin lampu, karena mereka memang ga tau ilmunya. tapi alva edison bisa, karena memang dia yg lebih ahli (dalam bidang itu).
berbeda dalam penafsiran itu biasa, apalagi kalo hal yg ditafsirkan itu bukan bidangnya. yg perlu dihindari di sini adalah taklid buta terhadap pendapat salah satu ulama – yg bisa saja dia salah karena dia tidak maksum 😉 lebih perlu dihindari lagi adalah memaksa orang lain untuk ikut2an tunduk kpd penafsiran yg kita yakini disertai umpatan yg menyebutkan “orang itu tersesat karena dia tidak sepaham dengan saya”.
sesat atau tidak sesat, siapa yg bisa menghakimi? kita bukan tuhan, kan? kita nggak bakal pernah tau derajat orang yg kita sebut sebagai kaum sesat itu sebenernya di level berapa di mata Allah. bisa saja yg kita cap sbg orang sesat itu justru derajatnya lebih tinggi dari kita.
siapa yg bisa tahu rahasia Allah? 😉
misalnya aja, satu ayat dalam qur’an nyatanya bisa ditasirkan a, b, c, atau d. sekarang, untuk menjamin tafsir siapa yg 100% benar, apa yg harus kita lakukan? tentunya bertanya langsung dengan yg menurunkan ayat itu kan? sebelum ada penegasan langsung dari sang pembuat ayat, apa kita berhak mengatakan penafsiran versi golongan kita adalah yg paling benar? naif sekali, menurut saya. ketemu dulu dengan Sang Pembuat, tanya, dapat pengesahan dari Dia, barulah kita berhak mengumumkan bahwa penafsiran versi kita adalah yg paling benar
Juli 25, 2007 at 3:10 am
antosalafy:::
nambah, oom 🙂
memangnya ada ya ulama yang mengaku bahwa dirinya bukan ahlusunnah?
kayaknya, semua ulama dan semua orang islam bakal mengaku kalo dirinya itu ahlusunnah, deh.
yang jelas2 ada – yang saya tahu – adalah adanya sekelompok orang yang menganggap orang lain bukanlah golongan ahlusunnah 😉
umat islam yang mengakui kalo DIRINYA BUKANLAH AHLUSUNNAH, setau saya NGGAK ADA.
umat islam yang menganggap ORANG ISLAM LAIN BUKANLAH AHLUSUNNAH, itu yang setau saya ADA.
semua produsen kecap pasti bakal bilang kalo kecapnya dia itu yang nomer 1 😉
Juli 25, 2007 at 4:53 am
@ Joe
ada Joe,, ada,,
kalo udah kaya gitu, gimana yang notabene-nya bukan ahlusunnah? 😕
Juli 25, 2007 at 5:35 am
…Masih adakah Ukhuwah?
Juli 25, 2007 at 9:19 am
Rizma:::
ada po?
ada yg ngaku kalo dia ga ngikutin jejaknya nabi?
wew, kasi tau dunk, ma. sapa?
aku baru denger skrg lho
Juli 25, 2007 at 9:37 am
wah diskusinya rame, anak2 pinter2 yaa
org2 yg berfikir… ini bener emang disini kuncinya..
siapa org ya berfikir itu..? (sik aku lagi nyari dasar2 di qur’an..)
tapi sing jelas org berfikir itu..adalah org yg mau menganalisa, meneliti, membaca, mengamalkan..bukan manut aja.. terima bulet2..atau mentah2 apa yg diajarkan.. langsung di lek bar ngono glegek’en
Juli 25, 2007 at 9:59 am
@ Joe
kan jaman sekarang konteks Ahlussunnah ga didefinisiin kaya gitu banget lagi Joe,, buktinya kalo dibagi garis besar aja, Islam aja jadi Syi’ah sama Sunni a.k.a Ahlussunah Wal Jamaa’h kan,,
Ma tadi mikir maksudnya mas antosalafi sih ini,, apa bukan ya?? ga tau juga deh,, 😕
yah sebenernya kalo bisa sih ga usah dibeda bedain,, tapi mo gimana,, kenyataannya gitu sih ya,, 😦
Juli 25, 2007 at 10:01 am
@ Joesatch
Saya tahu maksudmu (mungkin) dalam menyoal “matahari mengelilingi bumi” itu ya. Ulama yg berpendapat seperti itu kan kita tahu bahwa beliau adalah ulama ahli tafsir, ahli fikih, ahli hadits yang beliau-semoga Allah merahmatinya-. Dan beliau menelaah apa yang datang dari kabar Alquran dan hadits, kabar langsung dari Allah dan Nabi lho ini. Memang ulama bisa saja salah, tapi kalau Joe menanyakan ketidakilmiahan fatwa beliau, berarti juga Joe juga meragukan Alquran dan hadits, karena beliau berfatwa berlandaskan Alquran dan hadits sesuai pemahaman salafush shaleh, kecuali Joe mempunyai bantahan yang jelas dan ilmiah terhadap beliau rahimahullah. Dan kalau Joe nggak sependapat ya silakan ajukan argumentasi yang Joe tahu dengan bukti2 ilmiah, tahu persis, sudah melakukan penelitian yang mendalam, dan tidak cuma mendengar kabar dari orang kafir yang kita sendiri blm tahu kebenaran dr berita orang kafir tsb. Begitu seharusnya sikap Joe.
Karena ahlus sunnah itu nama yang agung dan haq (kebenaran) maka semua orang mengaku-ngaku dengan nama itu. Namun, lihatlah apa bukti dari pengakuan tersebut? Dan saudara Sora9n paham, insya Allah, akan hal ini sehingga berkata:
Semua orang mengaku-aku dicintai (mencintai-ed) Laila,
tapi tak satupun yang tahu bahwa Laila memungkiri mereka.
Terima kasih.
Juli 25, 2007 at 10:32 am
Hehehe, tumben ada diskusi yang adem disini.
Sepertinya angin perubahan telah berhembus. Salut untuk semua.
Kalo gini kan enak ceritanya, kita discuss serasa berada di sawung pinggir sawah dengan angin sepoi-sepoi.
Bukan kaya kemarin yang berasa di kebun bi*****g
*sorry OOT*
Juli 25, 2007 at 10:41 am
Rizma:::
aku cuma mengacu pada definisi awal aja kok, ma. kalo ahlusunnah itu artinya adalah orang yg berusaha mengikuti sunnah nabi 🙂
antosalafy:::
ini yg saya bilang teks qur’an bisa ditafsirkan a, b, c, atau d. ulama ini bilang begitu, ulama lain bisa bilang begini. jangan karena syaikh anda berkata seperti yg sudah anda yakini, lalu anda berkata ulama yg tidak sependapat dengan anda dan syaikh anda adalah sesat, seperti yg anda katakan terhadap quraish shihab dan yusuf qaradawi 🙂
nah, siapa coba yg anti ukhuwah kalo begini?
bukti ilmiah menurut saya? lho, gaya sentrifugal itu apa bukan bukti ilmiah? contoh nyatanya, silahkan liat motogp (kalo tidak berkenan nonton tv, ya berarti anda harus nonton langsung ke sirkuit tempat balapannya). perhatikan kenapa setiap casey stooner belok di tikungan, motor+badannya selalu dalam posisi miring…
yap, itu karena mengurangi beban dari gaya sentrifugal. dengan kecepatan sedahsyat itu pada motornya, apabila casey memaksakan posisi tegak 90 derajat dengan sirkuit, dia bakal terlempar keluar dari lintasan berlawanan dari jalur beloknya.
contoh lain, pernah mainan bandul terus diputer2 kayak koboi muter2 tali lasso? kalo tali bandulnya ga kuat, bola (atau apalah itu) di ujung tali bandul itu pasti bakal putus dan terlempar menjauh dari posisi kita 😀 semakin besar kecepatannya, tekanan yg mendorong terlempar keluar semakin besar.
itu yg saya pelajari dan sempat saya praktekkan jaman sma dulu. jadi bukan sekedar percaya kata orang. denger, pikirkan, coba, alami sendiri, barulah setelah itu percaya. idealnya sih, gitu.
Juli 25, 2007 at 11:31 am
Permisi, saya cuma nitip ngasih bukti ilmiah. Terserah kalau ada yang tidak menganggap ilmiah hanya karena yg bikin orang kafir. Mau lebih jelas lagi coba nonton Discovery Channel dan National Geographic deh! Kecuali kalau TV anda sudah keburu dihancurkan…
http://en.wikipedia.org/wiki/Norway
http://en.wikipedia.org/wiki/Finland
http://en.wikipedia.org/wiki/North_pole
http://en.wikipedia.org/wiki/South_pole
Atau ulasan posisi matahari oleh Om Deking Di sini:
lalu di sini:
kemudian di sini:
dan di sini:
Mari belajar sama-sama, kalau tanggapannya penuh prasangka duluan melulu ya gimana ummat ini bisa maju?
Juli 25, 2007 at 11:59 am
@ Joesatch
Nah, ini lho yang saya bilang dulu bahwa Joe belum memahami siapa yang pantas disebut ulama ahlus sunnah yang lurus mengikuti jejak salaf dan takut kepada Allah. Coba lihat siapa quraish shihab sebenarnya–semoga Allah menunjuki kita semua kpd jalan yang lurus, kalau dia ulama ahlus sunnah yang lurus dan takut kepada Allah, apakah mungkin “sembah nuwun” sama gus dur (yg suka goyagannya inul ini)? Apakah mungkin beliau ini berceramah berhadap-hadapan dengan para wanita tanpa menggunakan tabir? Apakah mungkin beliau ini turun ke kancah partai, sedangkan para ulama ahlus sunnah (setahuku) mengharamkan berpartai-partai dikarenakan menyebabkan perpecahan umat? Apakah pantas beliau disebut ulama dan diikuti dan dijadikan panutan?
Penafsiran a, b, c, dan d itu bisa disebutkan contohnya? Pada ayat dan surat apa misalnya, biar kita semua juga tahu bahwa Joe tidak asal mengucap. Dan ingat kata saya sebelumnya bahwa khilaf itu hanya dalam lingkup ulama ahlus sunnah saja lho. Jangan Joe memberikan data penafsiran Ibnu Katsir dengan penafsiran Yusuf Qardhawi atau Sayyid Qutb, karena manhaj mereka sudah beda–yg pertama ahlus sunnah, dan yang kedua-ketiga bukan.
Masih ada Alquran dan hadits, kok sudah menggunakan kias. Ini menyelisihi kaidah umum dalam agama. Ini Joe sudah membuat kiasan dengan kemiringan motor dan bandul. Padahal sudah ada penjelasan di Alquran dan hadits seperti yang diuraikan oleh syaikh muhammad bin shaleh al utsaimin rahimahullah mengenai permasalahan matahari dan bumi tersebut.
Wallahu ta’ala a’lam
Juli 25, 2007 at 12:29 pm
Maaf, mau nanya sama mas Antosalafy (moga-moga udah ga ngambek lagi 🙂 ), apakah argumennya joe soal gaya sentrifugal (yg saya yakin pasti masih berkaitan dgn urusan gaya gravitasi dan heliosentrisme) bisa digolongkan “qiyas”.
Saya sengaja kembalikan ke istilah awalnya, bukan “kiasan”. Karena takutnya kata “kiasan” akan multitafsir bagi yang belum faham ilmunya mas Anto.
Setahu saya (yang ilmunya dangkal ini), “qiyas” itu kan salah satu metode ijtihad, dan biasa digunakan untuk mengambil suatu ketetapan dalam perkara ubudiyah atau halal-haram.
Misalnya untuk menetapkan apakah telur penyu itu haram maka dalil yg diambil adalah “hewan yg hidup didua alam adalah haram”.
Itu baru tepat kita menggunakan metode “qiyas”
Kalau yang Joe paparkan itu dalam istilah saya adalah fakta perluasan.
Maksudnya, jika didalam alquran ada “Fakta A” dan di alam semesta (yg kebetulan bisa dijelaskan dengan salahsatu cabang ilmu yang bukan dari alquran) ada “Fakta B”, kan tidak berarti “Fakta B” akan menjadi “qiyas” sehingga membatalkan “Fakta A”. Sering terjadi “Fakta B” sebenarnya adalah perluasan dari “Fakta A” yang ternyata malah memperkuat “Fakta A”.
Biasanya sumber perselisihan adalah, orang yang hanya kenal “Fakta A” tidak mau tahu lagi ada “Fakta2 lain” dan dengan arogan berpendapat bahwa selain “Fakta A” pastilah “Fakta Anti A”, maka dengan cara pandang seperti itulah seolah-olah “Fakta B” berhadap hadapan dengan “Fakta A” dengan posisi saling menyalahkan.
Oya maaf OOT, memangnya lazim ya kita menghakimi seseorang dengan logika sederhana.
Jika A maka B (A–>B)
Jika B maka C (B–>C)
maka kesimpulnnya Jika A maka C (A–>C)
Contoh kasus :
Bapak Quraish Shihab “sembah nuwun” sama Gus Dur
Gus Dur “suka goyangannya” Inul
Kesimpulan : Bapak Quraish Shihab “secara tidak langsung suka goyangannya” Inul.
Sehingga : Bapak Quraish Shihab tidak pantas diambil pendapatnya walaupun beliau faham ilmu alqur’an (begitu kira-kira)
Hmmm, mirip metode pembunuhan karakter (sayangnya)
Juli 25, 2007 at 12:39 pm
antosalafy:::
nah, ini lho yg saya bilang menganggap yg kebetulan tidak sepaham dengan golongannya sendiri sebagai kaum sesat.
ini lho yang juga saya bilang mengkotak-kotakkan umat hanya karena merasa berbeda penafsiran. lebih ekstrimnya lagi: anti ukhuwah. seperti yg saya bilang kan, memangnya kita ini tuhan? kok sudah berani2nya mencap penafsiran orang lain itu sebagai penafsiran yg ngawur? semuanya juga mengaku ahlusunnah, oom. termasuk golongan anda. tapi yg tau siapa itu ahlusunnah yg sebenarnya ya cuma Allah. boleh jadi menurut Allah ahlusunnah itu malah bukan golongan anda. siapa yg bisa tau kan? 😉
sudah menggunakan kias? ya iyalah, wong penafsiran kita terhadap qur’an dan hadist aja sudah berbeda, kok 😀
jadi oom anto beranggapan bahwa ilmu fisika itu bukan penafsiran qur’an dan hadist? fisika itu juga ilmu dari Allah lho, oom. kalo fisika (dan bidang ilmu lainnya) dianggap bukan sebagai penafsiran qur’an dan hadist, lalu malah justru dianggap “melawan” kalamullah, ya kita skrg ini hidup tanpa listrik, tanpa telepon, tanpa internet, tanpa mobil, tanpa motor, dan tanpa teknologi lainnya.
syaikh muhammad bin shaleh dibandingin dengan nicolaus copernicus atau isaac newton, dalam bidang fisika, jelas saya bakal lebih percaya pada dua yg terakhir karena memang bidang itulah yg mereka dalami – terlepas dari mereka itu non muslim atau bukan.
kalo dalam bidang agama (islam), okelah kita boleh beranggapan bahwa syaikh muhammad lebih yahud. lha wong newton dan copernicus sendiri bukan islam (bahkan mungkin ga hafal huruf arab), otomatis syaikh muhammad pasti lebih jago. bahasa kasarnya, syaikh muhammad mungkin ga ngerti kalo V=I.R. tapi bu mari, guru fisika saya jaman sma, boleh jadi dia lebih paham.
fisika itu ilmu alam, oom. tapi kalo oom anto beranggapan bahwa alam semesta itu bukan bagian dari kitabullah, yah…saya bisa bilang apa lagi? yang penting jangan saling mengkafirkan kalo masih mau menjaga ukhuwah. saya pikir, oom anto pasti lebih paham dari saya perkara apa dosanya mengkafirkan orang lain yg padahal belum tentu kafir beneran.
kalo oom anto nggak mau dipaksa taklid pada paham orang lain, ya oom anto juga jgn memaksa orang lain untuk taklid pada paham oom anto 😛
percayalah, kami semua di sini orang baik. kami ga bakalan njotosi orang kalo ga dipukul duluan 😀
masalah bagaimana menggalang pertahanan, tanyalah pada franz beckenbauer. tapi masalah bagaimana memimpin serangan, tanya pada edson arantes do nascimento alias pele.
setiap masalah, tanyalah pada ahlinya. bukan begitu?
Juli 25, 2007 at 12:41 pm
Sebelum ayat tentang waktu imsak “disempurnakan” oleh Allah,
ayat tersebut berbunyi seperti ini
“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam”. (QS. Al-Baqarah 178).
Setelah direvisi oleh Allah jadi begini
“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar“. (QS. Al-Baqarah 178).
Bagi yang pernah tahu, ayat versi 1 ini sempat disalahtafsiri oleh seorang sahabat dengan cara mengikatkan dua benang hitam-putih dikakinya, dan dia baru berhenti sahur setelah jelas perbedaan kedua benang itu.
Kira-kira bisa diambil hikmah dari kisah ini…
Juli 25, 2007 at 12:55 pm
Nanya dulu. Ini diskusi mau mempertahankan ego atau mencari kebenaran? Sudah siap mengganti sudut pandang belum? Atau cuma sekadar membela ego pribadi? Niat mencari kebenaran atau cuma membela
ulamadiri sendiri?Juli 25, 2007 at 1:23 pm
@ joesatch
Ya sudah kalo begitu. Kau sendiri ngaku bahwa penafsiran kita berbeda terhadap kitabullah wa sunnah. Itu artinya memang ente tidak mau untuk sama-sama merujuk kepada salafush shaleh. Saya tidak mau memperpanjang lagi. Sudah jelas bagi saya al-haq. walhamdulillah. Permisi.
Kuadukan semua keburukan ini kepada Allah
Telah meninggal para ulama
Itulah pertanda dicabutnya ilmu
Kesesatan akan menghampiri setiap insan,
kecuali mereka yang dirahmati Allah
yang tetap berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunnah
kemudian atsar para shahabah.
Juli 25, 2007 at 1:46 pm
antosalafy:::
ngecap dan menghakimi orang lain lagi ya, oom? berapa kali saya tanya, apakah anda itu Tuhan? apakah anda itu yang mengutus Muhammad menjadi nabi? kok berani2nya mengatakan bahwa saya tidak merujuk pada shalafush shaleh? apa ukuran validitas klaim anda?
kalo mau ngotot2an dan adu kasar2an, saya juga bisa:
yang salafush shaleh itu saya! yang sesat itu anda, oom. anda bukan golongan ahlus sunnah. yang ahlus sunnah itu golongan saya!
semua syaikh yg anda ikuti itu sesat bin ahli neraka. semuanya ga ada yang merujuk pada salafush shaleh. satu2nya golongan yang merujuk pada salafush shaleh itu golongan saya. di luar golongan saya, SESAT SEMUANYA!
mau ngadu, ya ngadu aja sana. saya yakin pengaduan anda ga diterima karena anda tidak merujuk pada salafush shaleh. saya juga mau ngadu sama Allah, dan saya yakin cuma pengaduan saya yang bakal diterima.
see? dapat poinnya? 😉
Juli 25, 2007 at 1:54 pm
Astagadinaga!
Bah, baru saja aku tinggal makan siang sudah balek rupa lagi.
Macam mana pulak budak budak ni?
O Mai Gat.
*pulang kampung*
Juli 25, 2007 at 2:11 pm
*sok menengahi*
Mari diperjelas;
Mas AntoSalafy menganggap syaikh-syaikh salafiyah mengikuti salafush shalih — sama persis seperti pemahaman Rasulullah.
Mas JoeSatch menganggap syaikh-syaikh salafiyah tidak mengikuti saklafush shalih, menyimpang, dan bid’ah.
Silahken dilanjutkan 😉
Juli 25, 2007 at 2:58 pm
Kopral Geddoe:::
yak!
kasarannya sih gitu…berhubung ada yg – ekstremnya – anti ukhuwah.
sana bisa nyalahin, sini juga bisa.
yang jelas, ga nempeleng sebelum ditampar duluan.
hooohohohohohohoho…
kamu memang provokator, gedd
Fadli:::
perbudakan bukannya sudah dihapus, mas?
kekekekekekekekeke!
*salah satu contoh perbedaan penafsiran*
Juli 25, 2007 at 3:01 pm
@ Semua
Jangan ad hominem dong. Jangan jadi pengecut. 😕
Juli 25, 2007 at 3:02 pm
*dateng abis jalan jalan*
Udah ada permisi-nya ya?? jadi ga ada terusannya ini diskusinya?? padahal Ma awalnya udah seneng nih mas Anto udah bisa diajakin ngobrol sama Joe,, 😦
@ Joe
itu Joe maksudnya banyak yang selain Ahlussunah menurut mas Anto (dan Joe sih pura pura ga tau!),, malah lebih banyak dari perkiraan Ma,, Ma kira yang ga dianggep ngikutin Rasulullah sama mas Anto cuma yang sebangsa Syi’ah aja,, ternyata ngga ya
jauh lebih banyak ternyata,,*manggut manggut*
Jangan ikutan Joe, ngotot tuh enak banget,, ntar keterusan lho,, 😆
@ Geddoe
kalo kesimpulannya begitu,, emang bisa ada penyelesaiannya ya?? 😕
Juli 25, 2007 at 3:32 pm
Rizma:::
penyelesaiannya sebenernya gampang aja, ma, meskipun kita berbeda:
jangan nyalah2in keyakinan orang lain di depan umum, sama jgn mengumpat orang lain yg ga sepaham dengan paham kita (di depan umum juga). cukup simpan keyakinan versi kita untuk kita sendiri tanpa perlu menyalahkan pihak yang tidak sepaham sama kita.
kalo hal yg kayak gitu ga bisa dilakukan, mau sampe kiamat umat islam ga akan pernah bisa nyatu.
tendensi untuk menyalahkan orang lain di dpn umum itu lho yg harus dibenahi…kalo buat kalangannya sendiri sih ga masalah kayaknya. asal ga kedengeran sama orang lain aja. yah, manusia kan memang subyektif 😉
seganteng-gantengnya saya, dan meskipun saya menganggap cowo lain ga lebih ganteng dari saya, saya nggak pernah lho ngomong, “muka kamu kayak babi. kamu ga seganteng aku!” cukup subyektivitas ttg ketidakgantengan orang lain itu saya simpan sendiri dalam hati.
tapi ya alhamdulillah kalo – seperti skrg – banyak cewe2 yg mengakui kalo saya ganteng, bahkan menyebarluaskannya 😛
Juli 25, 2007 at 3:38 pm
Iya Joe,, Iya,, setuju,, setuju banget deh!!
tapi itu dua paragraf terakhir boleh Ma apus ga?? 😆
Juli 25, 2007 at 3:39 pm
JANGAN!!!!!!!!
Juli 25, 2007 at 3:42 pm
Makanya saya bilang, asal damai, mau nyembah setan juga silakan… 😛
Juli 25, 2007 at 4:46 pm
Hmmm…
Saya baru sadar, Mas Antosalafy tidak menggunakan lagi Blog lamanya… 😕
Juli 25, 2007 at 4:52 pm
umpatan kasarUneq-Uneq ku, aku lanjutin disiniMoga-moga ada yg mo nglanjutin juga disana.
Juli 25, 2007 at 4:53 pm
@ Geddoe
tau deh yang udah content sekarang,,
ahahaha,, kayanya inti dari ukhuwah itu emang yang kaya gitu ya,,
*nyoba nyambungin ama topik tulisan*
Juli 25, 2007 at 9:47 pm
semua muslim itu satu tubuh, jika kaki tersandung, mata jadi merah, perut meringis, dan mulut mengucapkan kata aduhh…subhanallah…atau kalo gak bisa
Juli 25, 2007 at 9:51 pm
ato kalo gak bisa, pake gaya semut aja deh…semut ajah persodaraannya erat sekalee
Juli 25, 2007 at 11:05 pm
@Nurina Purnama Sari
kenapa cuma sesama muslim yg setubuh ya? kenapa nggak sesama umat manusia ya?? kenapa…
Juli 25, 2007 at 11:21 pm
sebenernya iya.
tapi skala prioritas tetap ada.
kalo dalam suatu agama ga ada skala prioritas untuk umatnya, khawatirnya ga ada agama yg laku.
bentuk usaha apapun, ta’pikir selalu ada vasilitas khusus bagi member. warnet, contoh gampangnya 😉
tapi jgn khawatir, selama manusia hidup di dunia, yg saya yakini adalah bahwa Tuhan saya nggak pernah membeda2kan kasih sayang buat makhluknya. nggak tau dengan Tuhan2 yang lain 😛
Juli 25, 2007 at 11:26 pm
Celetukan yang bijak… 😕
Juli 26, 2007 at 1:24 am
@antosalafy
yah yang gini ini nih,
walau di bungkus dengan bahasa santun sama aja artinya anda mengkafirkan orang yang anda anggap berbeda tafsiran dengan anda. Pertanyaan saya cuma satu, apakah anda merasa sudah layak mengkafirkan orang lain?
Juli 26, 2007 at 1:46 am
@ Dana
ahahahahaha,,
Udah sih Dana, kalo emang beliau dari awal ngerasa ga layak mengkafirkan orang, dari dulu banget udah ga bakal mengkafirkan, mengan**ngkan orang dan lain lain,,
Juli 26, 2007 at 2:46 am
eh, mas antosalafy ternyata pensiun ya?
kata tmn kita: “penyAru kebenaran itu akhirnya tumbang”
(as seen on geddoe’s blog)
sekarang nulis blog buat ibu2 kayaknya…
^_^
mencoba peruntungan dengan pangsa pasar baru, kekekekekekeke!
Juli 26, 2007 at 5:53 am
ya … mungkin karena keislaman tidak diukur dari label di ktp-nya, tapi lebih kepada sikap keberserahan diri kepada Tuhannya.
Juli 26, 2007 at 9:21 am
@ Shelling Ford
Yeeee… BANG joeSATCH ini segitu doang kualitasnya. Ngajak diskusi, mentok, akhirnya keluar sifat aslinya. Memang nggak layak nglayanin orang model gini. …hadanallahu waiyyakum
Kukatakan kepada pedang
Dirimu tak lagi berharga
Tatkala kau disandingkan dengan kayu
Namun, kualitasmu akan setimpal
Jika sejenismu sebagai tandingan
@ danalingga
Sori aja, provokasimu gak mempan. Urusan kita selesai.
@ Rizma
Udahlah kau ini, gak usah menimpali omongan yg nggak perlu. Kita tanya diri sendiri, amalan udah sesuai sunnah belum, muammalah udah sesuai syar’i belum. Wanita zaman dulu itu punya sifat haya’. Allahu yahdik
Juli 26, 2007 at 9:42 am
Mentah banget komentar diatas… 😕
Sori ad hominem…
Juli 26, 2007 at 9:56 am
Bagaimana kalau kita satukan pendapat Joe dan Antosalafy? Dgn kesimpulan sbb: Umat beragama tetap harus menjadikan Ulamanya (ulama agama) sebagai panutan, krn ulama berfungsi sebagai kontrol dan model agar para umatnya tidak lari dari jalur. Tapi, para ulama juga harus update pengetahuannya dong, jgn melulu ngikuti yg jaman baheulak aja, ya ketinggalan dong. Mbok ya diadakan meeting antar ulama misalnya, utk update pengetahuan. Contohnya ya seperti “Matahari mengelilingi bumi itu” kan sudah dikasi contohnya dan bukti ilmiahnya oleh Amd, masa harus dibantah terus dgn menggunakan parameter yg diambil pada masa dimana belum ada sepedamotor (apalagi pswt ulang- alik).
*Demikian sedikit pendapat dari yg mengamati dari luar*
Juli 26, 2007 at 9:56 am
ahahahahahahaha,, ngomongin masalah kualitas orang nih??
keren!! kereen!!
yang sebenernya mentok siapa sih??😕itu berlaku buat anda juga kan?? 😉
Jangan lupa topik di atas,,
Masa dari komen komen di sini orang yang baca dapet kesimpulan kalo jawaban pertanyaannya adalah Tidak sih,,?
Juli 26, 2007 at 9:59 am
@antosalafy
kalau joesatch ngakunya itu hanya sebuah tindakan balasan, apakah juga berarti kualitas anda juga hanya sedemikian (mungkin lebih karena sebagai pemicunya) ??
Juli 26, 2007 at 12:48 pm
abumaulid:::
eheuheuheu…yg mulai sapa ya? yg duluan mentok siapa ya? yg duluan bilang “permisi” siapa ya? bilang “permisi” ditambahi hujatan kepada saya lagi.
yg mulai duluan ketika saya mengungkap bukti ilmiah lalu saya dicap ga mau rujuk pada ulama salafush shaleh sapa ya?
hayooooo….siapa hayooooo….hayoooooo……???
penafsiran saya (dalam hal matahari) thd ayat al qur’an adalah seperti yg saya kemukakan ditambah fakta ilmiahnya.
nah, skrg tolong penafsiran anda thd ayat itu juga dilengkapi dengan bukti ilmiahnya, donk. ada bukti perhitungan ilmiahnya ga kalo matahari mengelilingi bumi.
bisa dijawab ga? jgn bilang bukti ilmiahnya itu cukup alqur’an. wong saya juga pake landasan al qur’an, kok. sama. ditambah lagi saya malah menambahi dengan fakta dan bukti dari kitabullah yg berupa alam semesta.
nah, bisa dijawab? bisa ga? hayo…bisa apa ga? nggak bisa atau bisa? semoga bisa, dan semoga jawabannya juga lebih berbobot. jangan lantas karena ga bisa jawab lalu yg keluar malah umpatan bahwa akhlak saya tidak sebagus anda. ngaku2 tuh! memangnya anda pernah membandingkan sendiri catatan amal saya dan anda di malaikat roqib lebih bagus siapa? tau dari mana coba?
kalo cuma ngaku2, semua orang juga bisa. saat ini juga saya bisa aja ngaku kalo saya sudah menikahi Zaskia Mecca.
kadang kala saya heran dengan anda. anda berkata jgn bergolong-golongan dan berpartai-partai, tapi sekaligus semakin menambah perpecahan dengan mengatakan si ini sesat, si itu kafir, si anu bid’ah, sembari mengagung-agungkan kelompok anda sendiri seakan-akan dengan sign-up sebagai member kelompok anda maka berarti sudah dijamin masuk surga. wekz, memangnya surga itu bikinannya sapa? 😉
pedang di tangan orang yg tidak bisa memainkannya, tentunya tidak memiliki kualitas sebagaimana kayu di tangan pendekar tongkat.
seperti halnya saya memakai sepatu adidas predator, sampai kapan pun bakal kesulitan memarking roberto baggio yg bertelanjang kaki
atau seperti kata2 kenshin himura: “mau sedahsyat apa bentuk senjatamu, kalau tidak bisa mengenaiku, sama aja tidak ada gunanya.”
Juli 26, 2007 at 12:54 pm
abumaulid:::
nambah! 😛
anda sendiri, semuanya sudah belum? kok sudah berani mencap orang lain sesat? kalo anda risih ngeliat orang lain menggunjingkan anda, ya anda jgn menggunjingkan orang lain juga dunk. apalagi anda malah berkata orang yg anda gunjingkan itu sebagai orang sesat.
*egh…saya ga punya bukti, dink. blognya kan sudah anda hapus. ah, tapi saya yakin masih ada banyak saksi, kok*
nah…nah…nah…? 😉
Juli 26, 2007 at 1:13 pm
Udaaaah, gontok-gontokan melulu… 😛
*siram kepala pakai air dingin*
Juli 26, 2007 at 1:40 pm
@ Joe
Hehe, untunglah saya sempat download blog beliau via HTTrack… Tapi baru yang sampe akhir Juni nih…
Juli 26, 2007 at 2:24 pm
Loh, passer malem-nya belon bubar ya?
Juli 26, 2007 at 3:02 pm
@ abumaulid
Waktu itu ada yang bilang, musik dan semacamnya haram. Kalau tidak salah puisi juga masuk…Kafir !
*kabur*
————-
Kayaknya ini bukan antosalafy deh…..
Juli 26, 2007 at 4:40 pm
wah penyeru kebenaran itu telah tumbang toh? 😆
Mungkin sudah masayan jaman iblis cantik…. ho…ho…ho…
Juli 26, 2007 at 4:43 pm
@abu maulid
yah nggak perlu di jawab sih pertanyaan saya, itu hanya provokasi agar kita mau berpikir soal kelayakan mengkafirkan itu.
Juli 26, 2007 at 5:59 pm
pedang di tangan orang yg tidak bisa memainkannya, tentunya tidak memiliki kualitas sebagaimana kayu di tangan pendekar tongkat.
Nice…, seperti hasil pembelajaran pendekar rajawali sakti Yoko, atau kalau didunia nyata Miyamoto Musashi, samurai tak terkalahkan sepanjang sejarah Jepang. 😀
Juli 26, 2007 at 6:03 pm
ayo.., ayo…, carilah persamaan diantara perbedaan2. Jgn biarkan si “Iblis cantik” tersenyum puas melihat ini.
Juli 26, 2007 at 6:50 pm
[mentok teriak mentok]
ndak ada jawaban, eh?
kayaknya mas abumaulid mentok lagi, deh.
ini udah yg kedua kalinya di judul ini, berarti.
nunggu…
habis ini kesalahan mentoknya beliau bakal dihibahkan ke siapa ya?
ekekekekekekekekekekekekekeke… 😛
[/mentok teriak mentok]
Juli 26, 2007 at 7:04 pm
amin…
kira2 kapan yak?
Juli 26, 2007 at 7:19 pm
manusiawi sekali mempertahankan kebenaran masing2.
kadang kita sendiripun ga suka jika dipersalahkan (walau memang salah)
kebenaran semu..
Juli 26, 2007 at 7:22 pm
betul!
yang tidak manusiawi adalah “menganjingkan”.
anjing itu kan hewan, bukan manusia…kekekekekekeke!
Juli 26, 2007 at 7:22 pm
@ abumaulid
Kok saya nggak yakin ya ini antosalafy yang kemarin? URL blog-nya beda, dan cara bicaranya beda. Avatarnya saja yang sama…
Kukira dirimu berilmu,
tapi diskusi pun kau tak mau
Tatkala kita bicara bersama,
hanya mulutmu yang tak bernorma
Ternyata ucapanmu hanyalah sebanding
celoteh anak kecil kalah bertanding.
Serang orangnya, dan tak kau jawab pertanyaannya.
Tak bisa menjawabkah engkau, sehingga cuma bisa menghindar?
Kalau kau cuma bisa menghina tanpa menjawab tanya,
baiknya kita sudahi saja — dan pergilah engkau keluar.
🙂
Sori, Mas abumaulid (saya kok percaya ya kalau ini bukan antosalafy). Kalau Anda cuma bisa menghina, diskusi macam ini nggak ada gunanya lagi. Ingatlah bahwa kita ini berusaha mencari titik temu, bukannya saling menjatuhkan.
Juli 26, 2007 at 7:31 pm
*baca komen Sora*
Waaaah,, Sora bikin puisi!!
tau nih,, judul tulisan ini ukhuwah!! pada lupa nih,,
Ma malah sempet mikir abumaulid itu mas antosalafi yang jadi lebih bisa diajak diskusi lho,, ternyata,, 😥
Juli 26, 2007 at 7:44 pm
cup…cup…cup…
anak manisjgn nangisJuli 26, 2007 at 8:09 pm
kabar ukhuwahnya gimana nih?
*melirik iblis cantik yang tertawa renyah*
Juli 27, 2007 at 1:24 am
@ Rizma
Sebetulnya, itu syair Indonesia untuk menandingi gaya padang pasirnya beliau… jadi itu bukan puisi. ^^
@ danalingga
Halah, gejala kecanduan dorama tahap ringan ini…
Juli 27, 2007 at 10:46 am
Islam ya?
Semoga umat manusia selalu dalam ukhwah dan perdamaian…
Itu impian dan utopia saya… 😦
Juli 27, 2007 at 1:01 pm
impian saya juga, mas.
alangkah nikmatnya kalo ga ada yg tau2 negur dengan ketus sambil ngomong, “ibadahmu ngawur! kamu sesat! dasar kafir kamu, wahai anjing neraka.”
Juli 27, 2007 at 2:25 pm
“Even though a speech be a thousand (of words) but made up of senseless words, One word of sense is better, Which if a man hears, he becomes quiet”
– Dhammapada VIII: 100 by V. Fausböll –
May the light of wisdom shine in your life!!
Juli 27, 2007 at 4:38 pm
Wah, setelah memanas selama kurang lebih 5 hari akhirnya mulai dingin *shhhh…*
Istirahat dulu! Komen sudah melenceng dari judul. Ntar bu Evy marah lho!
O iya,kok abumaulid.wordpress nya berubah lagi ya? Perasaan kemaren masih ada beberapa post tentang muslimah.*ikut2an OOT*
Oo, akhirnya ane liat sendiri bukti kalo nama bang Joe diubah jadi BANG joeSATCH!
Waduh, waduh, waduh!!!
Damailah … damailah … damailah!
Juli 27, 2007 at 4:49 pm
itu belum apa2 kok. yg kemarin “joe”nya malah udah diilangin. yg ini sih masih “sedikit” sopan 😛
Juli 27, 2007 at 6:24 pm
wah di sana ada ‘lauk’ juga toh
*terpancing OOT*
Juli 30, 2007 at 7:09 pm
Tapi ada loh mas Islam yg AlQurannya berbeda (lebih tebal 3 kali dibanding dg AlQuran yg ada kebanyakan di Indonesia).
Haditsnya juga berbeda (malah Imam Ahlul Hadits spt Imam Bukhori di-kritik).
Ada semuanya di wordpress.
Mmg WP komplit pisan.
Scr tdk langsung mas juga menelurkan sebuah kaidah tersendiri, yg bisa saja menghilangkan ukhuwah. Ya itu adl hikmah dr penciptaan manusia dimana setiap kepala itu punya gagasan/ide. Oleh krn susah ukhuwah terwujud jika tiap org harus bertoleransi dg pemikiran org lain (misal mas punya tetangga yg punya ideologi mengkafirkan, menghalalkan mencuri utk infak di jalan Allah). Tp ukhuwah adl terwujud jika satu konsep: “Berpeganglah pada tali Allah, jangan berpecah belah!”.
Juli 30, 2007 at 8:17 pm
Sebenarnya, dengan bertengkar seperti ini saja, suasana kekeluargaan saja sudah tidak ada lagi….
Saya bingung kalau alasannya adalah karena mempertahankan pendapat. Kalau alasan lain yang lebih logis sih boleh…
Juli 31, 2007 at 9:58 am
@ anas fauzi
Barakallahu fiik
Juli 31, 2007 at 12:53 pm
Masalahnya semuanya ngaku-ngaku megang tali Allah, nih. Talinya beliau sebenarnya yang mana? 😛
Juli 31, 2007 at 3:33 pm
@anas fauzi rakhman
agak repot, mas. menurut saya, kalimat mas yg saya kutip itu kontradiktif sekali. sangat sulit bertoleransi kepada orang lain yg tidak toleran kepada kita. ini manusiawi, mas.
mungkin seharusnya kita sadar, jgn berbuat nggak enak kepada orang lain kalo nggak mau diperlakukan tidak enak juga.
bertoleransi itu bukan berarti nggak boleh mempertahankan diri. toleransi itu menurut saya adalah “tidak menyerang duluan”. toleransi bukan berarti “kalau kita ditampar maka kita nggak boleh balas nempeleng”.
di blogosphere, setiap orang boleh2 saja menulis ide ttg apapun, termasuk mengkafirkan orang lain – sepanjang itu ditulis di blognya sendiri. tapi kalo bertandang ke blog orang lain, lalu mencaci maki orang tersebut (sebagai anjing atau malah kafir), dan ditambah mengatakan tulisan orang itu jelek, masihkah menurut mas sendiri hal itu masih di dalam batas kesopanan?
toleransi bukan berarti kita harus berlapang dada kalau ada yg mengkafirkan kita. toleransi, sekali lagi menurut saya, adalah tidak mengganggu satu sama lain.
saya pribadi, jika saja orang yg mengatakan saya sebagai anjing, ahli bid’ah, dan kafir itu berdiri langsung di depan hidung saya, maka boleh jadi rahangnya dia saya anggap sebagai sasaran pukulan tangan kanan saya (bisa jadi ditambah tendangan, sikutan, sundulan, juga bantingan. pokoknya sampai saya puas) 😉 toh yang saya lakukan hanyalah sebuah re-aksi atas aksi yg dilakukan orang lain kepada saya.
p.s. seharusnya memang kita tidak terpecah belah. tapi usaha untuk tidak terpecah belah itu dilakukan lewat sebuah propaganda yang hasilnya justru semakin menambah perpecahan, menurut saya hal itu adalah BUKAN SEKEDAR SEBUAH KEBODOHAN LAGI 😀
Juli 31, 2007 at 7:47 pm
@ Shelling Ford
Sedikit koreksi dr tulisan saya kmrn. Toleransi dlm kaitannya dlm perbedaan pendapat mmg ada yg kita harus toleransi/menghormati, spt bacaan doa istiftah dlm sholat, masalah tangan/kaki yg pertama kali diletakkan ketika turun sujud, masalah jual beli kredit dg 2 harga, masalah perhiasan cincin, dan masih banyak yg lainnya dan ada perbedaan yg tdk bisa ditoleransi, ini harus diselesaikan, lihat mana dalil yg lebih kuat maka itu yg menjadi hukum.
Hmm jadi melebar, adapun utk masalah mengkafirkan/menganjingkan, Islam tlh mengatur ini semua. Kenapa org Yahudi, Nashrani, dan agama selain Islam dihukumi kafir? permasalahan ini setahu saya cukup luas dan kita harus hati-hati. Seperti seorang muslim yg melakukan perbuatan kekufuran tdk otomatis dia menjadi kafir, juga ketika seorang ustadz bilang ini perbuatan bid’ah tdk berarti sang ustadz menghukumi org yg melakukannya sbg ahli bid’ah. Hrs dilihat apakah hujjah (penjelasan) sdh sampai atasnya, apakah dia melakukan krn ketidak tahuannya atau yg lainnya.
Masalah menganjingkan dlm Islam ada juga sperti ketika Rasululloh bersabda “mereka adl anjing-anjing neraka”. Siapa mereka? yaitu kaum khawarij, apa itu khawarij? yaitu kaum yg melepas diri dr baiat thd ‘Ali radliallohu ‘anhu dan mengkafirkan beliau krn dianggap berhukum dg hukum selain hukum Allah, kemudian didatangkanlah Ibnu ‘Abbas utk memberi penjelasan, sebagian dr mereka ada yg kembali dan sebagian mereka ada yg tetap teguh dg pendiriannya dan akhirnya merekapun(khawarij) diperangi dan dibunuh.
“tapi kalo bertandang ke blog orang lain, lalu mencaci maki orang tersebut (sebagai anjing atau malah kafir), dan ditambah mengatakan tulisan orang itu jelek, masihkah menurut mas sendiri hal itu masih di dalam batas kesopanan?” = memancing ikan di air yg keruh, ikan-nya ga dapet airnya tmbah keruh.
Satu lagi saya jadi ingat sebuah analogi, Ibu yg suka mengkritisi kita=Ibu yg baik
Memang sebaik-baik petunjuk adl AlQuran, “Dan berpegang teguhlah pada tali Allah semuanya, dan jangan berpecah belah”.
Coba kita renungkan bersama….
Wallahu a’lam, maaf jika banyak berkomentar
Juli 31, 2007 at 9:15 pm
@ anas fauzi rakhman
that’s it, beberapa blogger yang mengaku sebagai salafy, saya lihat sangat suka sekali mengail di air keruh.
masalah mencaci, okelah saya anggap hal itu boleh. tapi jika ada orang yg tidak suka dicaci, haruskah kita berdakwah sambil terus mencacinya? apa iya kalo orang yg didakwahi itu dicaci terus maka dia bakal tertarik?
omong kosong, pikir saya. jawabannya adalah tidak. untuk membuat orang lain tertarik, lakukanlah dengan cara yg berkenan di hati orang itu. bukan berarti karena mencaci dibolehkan maka kita harus selalu mencaci.
saya pikir, ini strategi pemasaran (marketing) tingkat dasar. kalo mau seseorang menkonsumsi produk kita, buatlah mereka tertarik untuk mencoba produk kita terlebih dahulu. kalo belum2 sudah dibuat benci, mana mau orang itu mencoba produk kita. saya rasa, dalam dakwah, strategi ini juga berlaku. jgn sampe ada kesan bahwa umat islam adalah umat yg bodoh. strategi marketing tingkat dasar aja nggak tahu.
sedangkan tentang kaum khawarij, mereka itu sudah BENAR2 TERBUKTI MELEPASKAN DIRI DARI BAIAT IMAM ALI. sedangkan saya, apakah sudah terbukti berdosa seperti itu?
saya dicaci sebagai anjing yang berarti adalah golongan khawarij. saya disamakan dengan anjing, layakkah itu? saya disamakan dengan dengan kaum khawarij meskipun dosa saya belum terbukti, dibenarkankah itu? “ada” bukan berarti “harus selalu dilakukan”, kan? apalagi sebenarnya masih ada jalan lain yg lebih mulia.
hasilnya adalah wajar sekali kalau saya (ataupun pihak lain yang dikatai seperti itu) menjadi emosi. wajar kalo tipe dakwah seperti itu justru dijauhi orang. manusiawi sekali. semuanya bisa dilogika. anak kecil pun bakal membenci orang yang mencaci-maki dirinya, apalagi orang dewasa. semuanya bisa dinalar, kok. masuk di akal.
maka, hal itulah yg saya sebut memecah-belah umat; mengata2i sesama muslim yang padahal kita ini sama2 belum tentu diridhoi Tuhan untuk masuk ke surga-Nya. siapa yang bisa menjamin bahwa saya ini pastilah besok bakal jadi anjing neraka dan orang yang mengatai saya pastilah bakal jadi manusia surga?
jadi, masih mau (ngaku) berdakwah dengan mencaci-maki? 😉
hasilnya sudah jelas, lho 😀
Agustus 1, 2007 at 8:05 am
@ Kopral Geddoe dll
Ayo kita mengaji biar sama2 belajar Islam. Penyakit ummat ada dua : syubhat (kerancuan berpikir) dan syahwat. Obat syubhat adl ber-ilmu, oleh krn itu mari kita belajar agama ini bersama. Adapun obat syahwat adl ikhlas, bertakwa kpd Allah.
@ Shelling Ford
Mas saya kan tdk mengkafirkan anda atau menganjingkan anda, dan saya berlepas diri dr perbuatan yg demikian.
Dakwah salafy (baca: pengikut salah/sahabat rasulullah) adl dakwah yg lembut. Saya sbg seorang yg sdg belajar Salafy juga akan menyalahkan org yg sembarangan memaki-maki orang.
Saya turut mendoakan mas semoga cita-cita menghajikan orang tua bisa terkabul plus mas Satrianto juga ikut berhaji(kenal sama Yuan Lukito ga mas?). Makannya saya saranin berhenti merokok dan uangnya ditabung.
Ngomong2 ttg dakwah Salafy subhanalloh, alhamdulillah dakwah Salafy di Indonesia cukup berkembang baik. Di kampung saya aja sampai seratus org. Klo di Indonesia juga banyak. Barokallohu fiikum minal muslimin wal muslimati. Wallahu a’lam (dan Alloh yg lebih mengtahui)
Agustus 1, 2007 at 9:45 am
hahaha, saya nggak bilang mas kok yang mengkafirkan dan menganjingkan saya 🙂 kan saya udah bilang di komen saya sebelum ini
saya bilang, ada oknum salafy yg sukanya mencaci-maki orang spt itu. dan saya ini cuma salah satu korban caciannya.
oh ya, terima kasih buat doa dan sarannya.
yuan lukito? serasa pernah denger namanya. tapi saya lupa di mana
*kalo gini kan enak ngomongnya*
Agustus 2, 2007 at 3:54 am
[…] Sepakbola, mungkin, memang punya kekuatan magis. Inilah permainan yang bisa mengaduk-aduk emosi dan nasionalisme para pencintanya — entah itu pemain, penonton, maupun ofisial tim yang terlibat. Perbedaan adalah rahmat di sini, dan itu diterapkan secara langsung… bahkan tanpa harus dikoar-koarkan melalui jargon agama hingga gontok-gontokan sendiri. […]
Agustus 5, 2007 at 11:31 am
” perang bermula layaknya orang muda
berjalan dengan dandanannya
menghampiri setiap orang bodoh
hingga setelah apinya berkobar
ia berbalik sebagai orang tua
tiada lagi berperhiasan
kusam dan warnanya tak disuka
berubah menjijikkan “tuk diendus atau dicium”
Agustus 5, 2007 at 2:44 pm
lhadalah aku kok ketinggalan diskusi seru tenan yo…., ga bisa OL sih, sekarng sudah bisa lagi, aciik yuuk diskusi lagee
Agustus 5, 2007 at 5:32 pm
Karena tidak ada sampai kini kepemimpinan totalitas dalam Islam….
ah…
karena juga minyak. Negara-negara Islam terpecah karena itu juga dan mau juga dipecah-pecah.
Agustus 5, 2007 at 9:43 pm
nyaaaakkkkk…..minyuuuaaaaaaaakkkkk…!!!
Agustus 6, 2007 at 1:10 pm
@anas fauzi rakhman
Obat syahwat adalah ikhlas ??
bisa tolong dijelaskan mas, aku yang bodoh ini ora mudeng ? 🙂
Agustus 6, 2007 at 1:56 pm
@agiekpujo
Kenapa syahwat? terkadang ada org yg tahu ini salah, tapi krn syahwatnya menguasainya dia melakukan apa yg ia anggap salah.
Coba baca artikel ini ya….biar sipp
http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=338
Wallahu a’lam (Dan Alloh yg lebih tahu)
Agustus 6, 2007 at 2:11 pm
wakakaka barangkali si agiekpujo tahunya syahwat hanya sekitar selangkangan wakakaka
Salam Damai.
Agustus 6, 2007 at 2:12 pm
–> Seorang bule nashoro bertanya “Are you mosleem? Do you know what is Syiah and Sunny? Are they both mosleem? Why they kill each other?”
Bilang ma tu bule sampein ke agen – agen dan pemerintah amrik, jangan suka adu domba.
Salam Damai.
Agustus 6, 2007 at 2:15 pm
Iblis dan para pengikutnya tentu juga hinggap didalam tubuh seorang muslim yang lemah imannya, bukan hanya pada orang non muslim, mungkin juga hinggap disaya, jadi bukan masalah ajaranya tetapi seberapa kuat terhadap terpa’an si iblis dan kawan – kawan, jadi yaaa bisa saja bersaudara tetapi saling membunuh, bukan ajaranya yang salah.
Salam Damai.
Agustus 6, 2007 at 2:37 pm
Ferry ZK:::
ad hominem, eh?
ati2 satpam di sini galak2, mas. kayaknya gampang ya bilang “salam damai” setelah (mungkin sedikit) mengejek kapasitas otak orang lain? 😉
kata tao ming tse: “kalo minta maaf segampang itu, buat apa ada polisi?”
*entah nyambung entah tidak*
ehehehehehehe…
Agustus 6, 2007 at 3:09 pm
Coba baca kembali sejarah Khulafah ur Rasyidin, ketika awal mula terjadi perseteruan di kalangan kaum muslimin dan hadits ramalan Rasulullah tentang hal tersebut. Hikmah penciptaan manusia oleh Allah yg beragam tdk dijadikan semuanya beriman karena Allah ingin melihat siapa yg paling bagus ibadahnya diantara kalian. Ayo berlomba-lomba dlm kebaikan !!!
Agustus 10, 2007 at 1:26 pm
halah,,
ternyata saya ketinggalan banyak berita.
Gini lah,buat apa kita terus2an ribut mana yg salah dan benar sampe main kafir2an kalo Tuhan saja tidak pernah menentukan mazhab mana yg benar?
apa Allah pernah bilang kalo Syiah itu benar? Sunny itu benar? Allah cuma menyuruh kita untuk berpikir, karena itulah alasannya otak, akal, dan segala fungsinya diciptakan. Tapi jangan lupa pakai hati juga, karena terkadang hati bisa mengalahkan otak sedangkan otak sulit mengalahkan hati. Maka keduanya harus digunakan secara seimbang.
Jangan pernag berhenti belajar. Ketika seorang manusia berhenti belajar, sesungguhnya dia telah mati.
Agustus 10, 2007 at 3:30 pm
@Ferry ZK
Ya.. itukan karena teladan dari ulama-ulama saya, yang berjenggot nabi itu tu 🙂 yang orientasi keagamaannya hanya sekedar untuk mendapatkan selangkangan 70000 bidadari yg selalu perawan kelak di surga 🙂
salam damai juga.
Agustus 10, 2007 at 4:19 pm
http://antosalafy.wordpress.com/2007/08/09/bila-pengafiran-menjadi-sebuah-fenomena/
Agustus 21, 2007 at 9:49 am
hmm.. aq pikir Akulah Yang Paling Benar.
– Sang Maha Aku –
Agustus 24, 2007 at 6:23 pm
Ass.wr.wb.
Ada hadits Rasulullah SAW (maaf kalau redaksinya kurang baik) : Sesungguhnya umat Islam di akhir zaman akan berpecah belah menjadi 73 golongan, hanya satu golongan saja yang akan masuk surga, itulah Ahlussunnah Wal Jamaah.
Kalau saya mengambil sumber ilmunya dari buku I’itiqad Ahlussunnah Wal Jamaah yang ditulis oleh KH Sirajuddin Abbas. Cari aja bukunya di pasar buku.
Alhamdulillah berbekal ilmu tadi, maka jelaslah apa aqidah Islam yang benar itu, mengikuti Rasulullah SAW, para Sahabat dan Salafussaleh.
Yang susah adalah mengamalkan aqidah di dalam hati dan melaksanakan syariah dalam perbuatan sehari-hari, sehingga muncullah akhlak mulia yang pasti semua orang menyukainya, kecuali sangat sedikit orang yang berhasad dengki.
Agustus 27, 2007 at 12:06 am
@ almascatie,
Anda bilang “orang yang sudah tau tentang musuh islam sebenarnya tapi tidak berani untuk melawan mereka……”
Tentang musuh-musuh Islam, semuanya diuraikan di artikel ini. Ini situsnya: http://religi.wordpress.com/2007/03/16/agama-langit-dan-agama-bumi/
AGAMA LANGIT DAN AGAMA BUMI
Ada berbagai cara menggolongkan agama-agama dunia. Ernst Trults seorang teolog Kristen menggolongkan agama-agama secara vertikal: pada lapisan paling bawah adalah agama-agama suku, pada lapisan kedua adalah agama hukum seperti agama Yahudi dan Islam; pada lapisan ketiga, paling atas adalah agama-agama pembebasan, yaitu Hindu, Buddha dan karena Ernst Trults adalah seorang Kristen, maka agama Kristen adalah puncak dari agama-agama pembebasan ini.
Ram Swarup, seorang intelektual Hindu dalam bukunya; “Hindu View of Christianity and Islam” menggolongkan agama menjadi agama-agama kenabian (Yahudi, Kristen dan Islam) dan agama-agama spiritualitas Yoga (Hindu dan Buddha) dan mengatakan bahwa agama-agama kenabian bersifat legal dan dogmatik dan dangkal secara spiritual, penuh klaim kebenaran dan yang membawa konflik sepanjang sejarah. Sebaliknya agama-agama Spiritualitas Yoga kaya dan dalam secara spiritualitas dan membawa kedamaian.
Ada yang menggolongkan agama-agama berdasarkan wilayah dimana agama-agama itu lahir, seperti agama Semitik atau rumpun Yahudi sekarang disebut juga Abrahamik (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama-agama Timur (Hindu, Buddha, Jain, Sikh, Tao, Kong Hu Cu, Sinto).
Ada pula yang menggolongkan agama sebagai agama langit (Yahudi, Kristen, dan Islam) dan agama bumi (Hindu, Buddha, dll.) Penggolongan ini paling disukai oleh orang-orang Kristen dan Islam, karena secara implisit mengandung makna tinggi rendah, yang satu datang dari langit, agama wahyu, buatan Tuhan, yang lain lahir di bumi, buatan manusia. Penggolongan ini akan dibahas secara singkat di bawah ini.
Agama bumi dan agama langit.
Dr. H.M. Rasjidi, dalam bab Ketiga bukunya “Empat Kuliyah Agama Islam Untuk Perguruan tinggi” membagi agama-agama ke dalam dua kategori besar, yaitu agama-agama alamiah dan agama-agama samawi. Agama alamiah adalah agama budaya, agama buatan manusia. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Hindu dan Budha. Mengenai agama Hindu Rasjidi mengutip seorang teolog Kristen, Dr. Harun Hadiwiyono, Rektor Sekolah Tinggi Theologia “Duta Wacana” di Yogyakarta sebagai berikut:
“Sebenarnya agama Hindu itu bukan agama dalam arti yang biasa. Agama Hindu sebenarnya adalah satu bidang keagamaan dan kebudayaan, yang meliputi jaman sejak kira-kira 1500 S.M hingga jaman sekarang. Dalam perjalanannya sepanjang abad-abad itu, agama Hindu berkembang sambil berobah dan terbagi-bagi, sehingga agama ini memiliki ciri yang bermacam-macam, yang oleh penganutnya kadang-kadang diutamakan, tetapi kadang-kadang tidak diindahkan sama sekali. Berhubung karena itu maka Govinda Das mengatakan bahwa agama Hindu itu sesungguhnya adalah satu proses antropologis, yang hanya karena nasib baik yang ironis saja diberi nama agama.” 1)
Samawi artinya langit. Agama samawi adalah agama yang berasal dari Tuhan (yang duduk di kursinya di langit ketujuh, Sky god, kata Gore Vidal). Yang termasuk dalam kelompok ini adalah agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Dalam bab Keempat dengan judul “Agama Islam adalah Agama Samawi Terakhir” Rasjidi dengan jelas menunjukkan atau menempatkan Islam sebagai puncak dari agama langit. Hal ini dapat dipahami karena Rasjidi bukan saja seorang guru besar tentang Islam, tetapi juga seorang Muslim yang saleh.
Bahkan dengan doktrin mansukh, pembatalan, para teolog dan ahli fikih Islam mengklaim, Qur’an sebagai wahyu terakhir telah membatalkan kitab-kitab suci agama-agama sebelumnya (Torah dan Injil).
Bila Tuhan yang diyakini oleh ketiga agama bersaudara ini adalah satu dan sama, pandangan para teolog Islam adalah logis. Tetapi disini timbul pertanyaan, apakah Tuhan menulis bukunya seperti seorang mahasiswa menulis thesis? Sedikit demi sedikit sesuai dengan informasi yang dikumpulkannya, melalui percobaan dan kesalahan, perbaikan, penambahan pengurangan, buku itu disusun dan disempurnakan secara perlahan-lahan?
Tetapi ketiga agama ini tidak memuja Tuhan yang satu dan sama. Masing-masing Tuhan ketiga agama ini memiliki asal-usul yang berbeda dan karakter yang berbeda. Yahweh berasal dan ajudan dewa perang, yang kemungkinan berasal dari suku Midian, dan dijadikan satu-satunya Tuhan orang Israel oleh Musa. Jesus salah seorang dari Trinitas, adalah seorang pembaharu agama Yahudi yang diangkat menjadi Tuhan oleh para pendiri Kristen awal. Allah adalah dewa hujan yang setelah digabung dengan dewa-dewa lain orang Arab dijadikan satu-satunya tuhan orang Islam oleh Muhammad. Jadi Yahweh, Trinitas dan Allah adalah tuhan-tuhan yang dibuat manusia. 2) (Lihat Karen Amstrong: A History of God).
Dan karakter dari masing-masing Tuhan itu sangat berbeda. Ketiganya memang Tuhan pencemburu, tetapi tingkat cemburu mereka berbeda. Yahweh adalah Tuhan pencemburu keras, gampang marah, dan suka menghukumi pengikutnya dengan kejam, tetapi juga suka ikut berperang bersama pengikutnya melawan orang-orang lain, seperti orang Mesir, Philistin dan Canaan. Jesus juga Tuhan pencemburu, tapi berpribadi lembut, ia memiliki banyak rasa kasih, tetapi juga mempunyai neraka yang kejam bagi orang-orang yang tidak percaya padanya. Allah lebih dekat karakternya dengan Yahweh, tetapi bila Yahweh tidak memiliki neraka yang kejam, Allah memilikinya. Di samping itu, bila Yahweh menganggap orang-orang Yahudi sebagai bangsa pilihannya, Allah menganggap orang-orang Yahudi adalah musuh yang paling dibencinya.
Jadi jelaslah di langit-langit suci agama-agama rumpun Yahudi ini terdapat lima oknum Tuhan yang berbeda-beda, yaitu Yahweh, Trinitas (Roh Kudus, Allah Bapa dan Tuhan Anak atau Jesus) dan Allah Islam. Masing-masing dengan ribuan malaikat dan jinnya.
Pengakuan terhadap Tuhan yang berbeda-beda tampaknya bisa menyelesaikan masalah soal pembatalan kitab-kitab atau agama-agama sebelumnya oleh agama-agama kemudian atau agama terakhir. Masing-masing Tuhan ini memang menurunkan wahyu yang berbeda, yang hanya berlaku bagi para pengikutnya saja. Satu ajaran atau satu kitab suci tidak perlu membatalkan kitab suci yang lain.
Tetapi disini timbul masalah lagi. Bagaimana kedudukan bagian-bagian dari Perjanjian Lama yang diterima atau diambil oleh Perjanjian Baru? Bagaimana kedudukan bagian-bagian Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang terdapat di dalam Al-Qur’an? Apakah bagian-bagian itu dipinjam dari Tuhan yang satu oleh Tuhan yang lain, yang ada belakangan? Atau persamaan itu hanya kebetulan? Ataukah para penulis kitab-kitab yang belakangan meminjamnya dari penulis kitab-kitab terdahulu?
Pembagian agama menjadi agama bumi dan agama langit, dari sudut pandang Hindu sebenarnya tidak menjadi masalah. Ini terkait dengan konsep ketuhanan dari masing-masing agama. Agama-agama Abrahamik atau Rumpun Yahudi (nama yang lebih tepat daripada “agama langit”) memandang Tuhan sebagai sosok berpribadi, seperti manusia, yang berdiam di langit (ke tujuh) duduk di atas kursinya, yang dipikul oleh para malaikat. Dari kursinya di langit itu Dia melakukan segala urusan, termasuk antara lain, tetapi tidak terbatas pada, mengatur terbit dan tenggelannya matahari, “menurunkan” wahyu dan lain sebagainya. Dari segi ini benarlah sebutan “agama langit” itu, karena ajarannya diturunkan oleh Tuhannya yang bermukim nun jauh di langit.
Dalam pandangan agama Hindu, Tuhan bersifat panteistik, yang melingkupi ciptaan (imanen) dan sekaligus di luar ciptaannya (transenden). Menurut pandangan Hindu Tuhan tidak saja lebih besar dari ciptaannya, tetapi juga dekat dengan ciptaannya. Kalau Tuhan hanya ada di satu tempat di langit ketujuh, berarti Ia ada di satu noktah kecil di dalam ciptaannya. Oleh karena itu Dia tidak Mahabesar. Agak mirip dengan pengertian ini, di dalam agama Hindu, dikenal ajaran tentang Avatara, yaitu Tuhan yang menjelma menjadi mahluk, yang lahir dan hidup di bumi – seperti Rama dan Krishna – menyampaikan ajarannya di bumi langsung kepada manusia tanpa perantara.
Dari segi ini, dikotomi agama langit dan agama bumi tidak ada masalah. Baru menjadi masalah ketika “truth claim” yang menyertai dikotomi ini. Bahwa agama langit lebih tinggi kedudukannya dari agama bumi; karena agama-agama langit sepenuhnya merupakan bikinan Tuhan, yang tentu saja lebih mulia, lebih benar dari agama-agama bumi yang hanya buatan manusia dan bahwa oleh karenanya kebenaran dan keselamatan hanya ada pada mereka. Sedangkan agama-agama lain di luar mereka adalah palsu dan sesat.
Pandangan “supremasis” ini membawa serta sikap “triumpalis”, yaitu bahwa agama-agama yang memonopoli kebenaran Tuhan ini harus menjadikan setiap orang sebagai pengikutnya, menjadikan agamanya satu-satunya agama bagi seluruh umat manusia, dengan cara apapun. Di masa lalu “cara apapun” itu berarti kekerasan, perang, penaklukkan, penjarahan, pemerkosaan dan perbudakan atas nama agama.
Masalah wahyu
Apakah wahyu? Wahyu adalah kata-kata Tuhan yang disampaikan kepada umat manusia melalui perantara yang disebut nabi, rasul, prophet. Bagaimana proses penyampaian itu? Bisa disampaikan secara langsung, Tuhan langsung berbicara kepada para perantara itu, atau satu perantara lain, seorang malaikat menyampaikan kepada para nabi; atau melalui inspirasi kepada para penulis kitab suci. Demikian pendapat para pengikut agama-agama rumpun Yahudi.
Benarkah kitab-kitab agama Yahudi, Kristen dan Islam, sepenuhnya merupakan wahyu Tuhan? Bila benar bahwa kitab-kitab ini sepenuhnya wahyu Tuhan, karena Tuhan Maha Tahu dan Maha Sempurna, maka kitab-kitab ini sepenuhnya sempurna bebas dari kesalahan sekecil apapun. Tetapi Studi kritis terhadap kitab-kitab suci agama-agama Abrahamik menemukan berbagai kesalahan, baik mengenai fakta yang diungkapkan, yang kemudian disebut ilmu pengetahun maupun tata bahasa. Berikut adalah beberapa contoh.
Pertama, kesalahan mengenai fakta.
Kitab-suci kitab-suci agama ini, menyatakan bumi ini datar seperti tikar, dan tidak stabil. Supaya bumi tidak goyang atau pergi ke sana kemari, Tuhan memasang tujuh gunung sebagai pasak. Kenyataannya bumi ini bulat seperti bola. Dan sekalipun ada banyak gunung, lebih dari tujuh, bumi tetap saja bergoyang, karena gempat.
Kedua, kontradiksi-kontradiksi.
Banyak terdapat kontradiksi-kontradiksi intra maupun antar kitab suci-kitab suci agama-agama ini. Satu contoh tentang anak Abraham yang dikorbankan sebagai bukti ketaatannya kepada Tuhan (Yahweh atau Allah). Bible mengatakan yang hendak dikorbankan adalah Isak, anak Abraham dengan Sarah, istrinya yang sesama Yahudi. Sedangkan Qur’an mengatakan bukan Isak, tetapi Ismail, anak Ibrahamin dengan Hagar, budak Ibrahim yang asal Mesir
Contoh lain. Bible menganggap Jesus sebagai Tuhan (Putra), sedangkan Al-Qur’an menganggap Jesus (Isa) hanya sebagai nabi, dan bukan pula nabi terakhir yang menyempurnakan wahyu Tuhan.
Ketiga, kesalahan struktur kalimat atau tata bahasa.
Di dalam kitab-kitab suci ini terdapat doa-doa, kisah-kisah, berita-berita tentang kegiatan Tuhan, mirip seperti berita surat kabar, yang ditulis oleh seseorang (wartawan) atas seseorang yang lain (dari obyek berita, dalam hal ini Tuhan). Lalu ada kalimat yang merujuk Tuhan sebagai “Aku, Kami, Dia, atau nama-namanya sendiri, seperti Allah, Yahweh, dll”. Mengapa Tuhan menunjukkan diriNya dengan Dia, kata ganti ketiga? Kata-kata atau kalimat-kalimat pejoratif seperti Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Mengetahui ini pastilah dibuat oleh manusia, sebab mustahil rasanya Tuhan memuji-muji dirinya sendiri.
Keempat, ajaran tentang kekerasan dan kebencian.
Di dalam kitab-suci kitab-suci agama-agama langit ini banyak terdapat ajaran-ajaran tentang kebencian terhadap komunitas lain, baik karena kebangsaan maupun keyakinan. Di dalam Perjanjian Lama terdapat kebencian terhadap orang Mesir, Philistin, Canaan dll. Di dalam Perjanjian Baru terdapat ajaran kebencian terhadap orang Yahudi dan Roma. Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat kebencian terhadap orang-orang Yahudi, Kristen dan pemeluk agama-agama lain yang dicap kafir secara sepihak. Pertanyaan atas soal ini, betulkah Tuhan menurunkan wahyu kebencian terhadap sekelompok orang yang memujanya dengan cara berbeda-beda, yang mungkin sama baiknya atau bahkan lebih baik secara spiritual? Bukankah akhirnya ajaran-ajaran kebencian ini menjadi sumber kekerasan sepanjang massa?
Bagaimana mungkin Tuhan yang Maha Bijaksana, Maha Pengasih dan Penyayang menurunkan wahyu kebencian dan kekerasan semacam itu? Di dalam agama Hindu kebencian dan kekerasan adalah sifat-sifat para raksasa, asura dan daitya (demon, devil, atau syaitan).
Di samping hal-hal tersebut di atas, agama-agama rumpun Yahudi banyak meminjam dogma dari agama-agama lain, bahkan dari komunitas yang mereka sebut penyembah berhala atau kafir. Dogma utama mereka tentang eskatologi seperti hari kiamat, kebangkitan tubuh dan pengadilan terakhir dipinjam oleh agama Yahudi dari agama Zoroaster Persia, lalu diteruskan kepada agama Kristen dan Islam. Legenda tentang penciptaan Adam dipinjam dari leganda tentang penciptaan Promotheus dalam agama Yunani kuno. Bagaimana mungkin tuhan agama langit meminjam ajaran dari agama-agama atau tradisi buatan manusia?
Swami Dayananda Saraswati (1824-1883), pendiri Arya Samaj, sebuah gerakan pembaruan Hindu, dalam bukunya Satyarth Prakash (Cahaya Kebenaran) membahas Al Kitab dan AI-Qur’an masing-masing di dalam bab XI II dan XIV, dan sampai kepada kesimpulan yang negatif mengenai kedua kitab suci ini. Bahwa kedua kitab suci ini mengandung hal-hal yang patut dikutuk karena mengajarkan kekerasan, ketahyulan dan kesalahan. Ia meningkatkan penderitaan ras manusia dengan membuat manusia menjadi binatang buas, dan mengganggu kedamaian dunia dengan mempropagandakan perang dan dengan menanam bibit perselisihan.
Apa yang dilakukan oleh Swami Dayananda Saraswati adalah kounter kritik terhadap agama lain atas penghinaan terhadap Hindu yang dilakukan sejak berabad-abad sebelumnya oleh para teolog dan penyebar agama lainnya.
Kesimpulan.
Tidak ada kriteria yang disepakati bersama di dalam penggolongan agama-agama. Setiap orang membuat kriterianya sendiri secara semena-mena untuk tujuan meninggikan agamanya dan merendahkan agama orang lain. Hal ini sangat kentara di dalam agama-agama missi yang agresif seperti Kristen dan Islam dimana segala sesuatu dimaksudkan sebagai senjata psikologis bagi upaya-upaya konversi dan proselitasi mereka.
Di samping itu tidak ada saksi dan bukti untuk memverifikasi dan memfalsifikasi apakah isi suatu kitab suci betul-betul wahyu dari Tuhan atau bukan? Yang dapat dikaji secara obyektif adalah isi atau ajaran yang dikandung kitab suci-kitab suci itu apakah ia sesuai dengan dan mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan, seperti cinta kasih, kesetiaan, ketabahan, rajin bekerja, kejujuran, kebaikan hati atau mengajarkan kebencian dan kekerasan?
Penggolongan agama-agama menjadi agama langit dan agama bumi, jelas menunjukkan sikap arogansi, sikap merendahkan pihak lain, dan bahkan sikap kebencian yang akhirnya menimbulkan kekerasan bagi pihak yang dipandangnya sesat, menjijikan dan tidak bernilai. Di lain pihak penggolongan ini menimbulkan rasa tersinggung, kemarahan, dan akhirnya kebencian. Bila kebencian bertemu kebencian, hasilnya adalah kekerasan.
Melihat berbagai cacat dari kitab suci-kitab suci mereka, khususnya ajarannya yang penuh kebencian dan kekerasan, maka isi kitab suci itu tidak datang dari Tuhan, tetapi dari manusia yang belum tercerahkan, apalagi Tuhan-Tuhan mereka adalah buatan manusia.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas disarankan agar dikotomi agama langit dan agama bumi ini tidak dipergunakan di dalam baik buku pelajaran, wacana keagamaan maupun ilmiah. Dianjurkan agar dipergunakan istilah yang lebih netral, yaitu agama Abrahamik dan agama Timur.
(Ngakan Putu Putra sebagaian bahan dari SATS ; “Semua Agama Tidak Sama” ).
Catatan kaki:
I). Prof . DR. H.M. Rasjidi : “Empat Kuliyah Agama Islam pada Perguruan Tinggi” penerbit Bulan Bintang, Jakarta, cetakan pertama, 1974. hal 10) H.M Rasjidi hal 53
2). Lihat Karen Amstrong : A History of God
3). Swami Dayananda Saraswati Satyarth Prakash (Light of Truth), hal 648.
4). Ibid hal 720.
Agustus 28, 2007 at 11:31 am
duuhh… @sejati
ini komen apa ngeblog di dalam blog?? puanjanggg bangettt…
September 7, 2007 at 5:39 pm
@ sejati..
Yang musuh islam yang mana ?
Udah baca bolak-balik, kok ga ketemu “musuh islam”nya 🙂
September 13, 2007 at 9:29 pm
@ budi,
Di artikel tsb, menurut umat Muslim, musuh-musuh Islam adalah orang Yahudi dan umat manusia non-muslim yang umat Muslim menyebutnya “kafir” secara sepihak.
September 14, 2007 at 2:50 pm
@ sejati..
ooooo… gitu toh. kl gitu saya dianggap musuh juga berarti ya. secara saya non musim :(… padahal, saya ngga pernah menganggap seseorang sebagai musuh hanya karena agamanya… menurut saya, yang begitu itu (membenci/membedakan hanya berdasarkan faktor keturunan, ras, warna kulit), itu lebih mirip politik apartheid ketimbang agama.
Tapi, saya masih berharap semoga penafsiran mas sejati diatas salah. Saya kok yakin teman2 muslim tidak menganggap saya, atau orang lain yang berbeda keyakinan, termasuk yahudi dan nasrani, sebagai musuhnya..
ya nggak temen2 muslim ? 🙂
Oktober 1, 2007 at 5:25 am
*baru balik dari wece*
walahh..
ketinggalan akuu…
*nyesel ndak ikutan ngerumpi..*
Oktober 11, 2007 at 6:42 am
boleh bantu sya cari alamt kdutaan jordan x?
November 8, 2007 at 10:37 am
[…] 8. Standar ganda dalam taklid. 9. Kalah dalam diskusi, serang orangnya! 10. Tidak mampu menjawab, kabur dari diskusi! 11. Tidak lupa sebelum kabur melontarkan omong besar nan arogan! 12. Setelah sepi, baru balik […]
November 9, 2007 at 10:11 pm
[…] Tidak pandai mengetik, terbukti salah dalam mengetik nama seseorang. […]
Desember 23, 2007 at 10:24 pm
[…] di posting tertentu justru tidak berani menampakkan batang hidungnya komen? 14. Moody, kasar dan gampang merajuk bahkan sempat berniat menutup blog dan membuat blog baru. 15. Mendukung fitnah. 16. Kerepotan […]
Desember 27, 2007 at 3:30 am
Mana neh,…yang namanya Antosalafy itu…. kok nampak batang hidungnya neh…. [Masih setia menunggu Antosalapi] 🙂
Januari 6, 2008 at 4:20 pm
ini tulisan yang aneh, kadang apa yang orang lain pikirkan tentang diri kita sebenarnya berasal dari diri kita sendiri, kalau penulis terus-terusan mendebat esensi dari islam, belum pernah ngerasain tantangannya diuji jiwa dan raga ya Mas…
dikala tidak punya apa-apa, bahkan nafas pun tidak berharga…
salut sama ukhuwah nya di blog tapi ga pikirannya, pasti peta cintanya masih belum jelas…
Januari 6, 2008 at 6:22 pm
@ atas saya
kayaknya sebuah justifikasi yang subyektif ya? (ya iyalah, namanya juga komentar)
eh, apa sudah baca semua komen2nya?
coba ditelusuri satu-persatu dulu, nanti kan ketauan apakah penulisnya ini sedang mendebat esensi dari islam atau malah justru sedang menunjukkannya 😉