Ditulis oleh Sousakiy Ibnu Mishrilliy
Catatan:
Post ini terutama ditujukan untuk para aktivis dakwah Islam. Pembaca dari kalangan non-muslim mungkin membutuhkan beberapa informasi latar yang tak dicantumkan di sini.
Ada satu logika berpikir yang cukup membuat saya tergelitik, terutama ketika berdiskusi dengan para aktivis dakwah. Tak peduli mereka itu aktivis dakwah tingkat sekolah, kampus, ataupun yang sudah senior, para aktivis ini biasanya terbawa pada pola pikir generalisasi berlebihan — yaitu mengkotak-kotakkan dan memukul rata berbagai istilah yang mereka pergunakan. Padahal, kalau mereka mau teliti, sebenarnya generalisasi mereka itu tak akurat; kalau tak boleh dibilang sebagai salah sama sekali.
Sayangnya, kesalahan macam ini biasanya justru diabaikan — dan kebanyakan malah dipercaya sebagai “kebenaran” di kalangan para aktivis tersebut. Untuk alasan apa, hanya Tuhan (dan mereka) yang tahu. ๐
Jadi, dalam post ini, saya akan membahas tentang beberapa generalisasi mereka yang salah kaprah tersebut — sekaligus mencoba meluruskannya semampu saya. Harap diingat bahwa tulisan ini bukan ditujukan untuk menjatuhkan kegiatan aktivis dakwah pada umumnya; melainkan sebagai masukan untuk dipertimbangkan.
Seperti apa saja? Here goes…
1) Kaum Yahudi itu laknatullah! Mereka tak pernah mau peduli penderitaan kaum Muslim di Palestina!
Kalau yang ini, saya cuma bisa meringis getir. Orang yang bicara di atas pasti tidak tahu kisah Rachel Corrie, gadis Yahudi-Amerika yang meninggal tergilas buldoser Israel ketika membela penduduk Palestina di Rafah. Orang ini pun, boleh jadi, tidak tahu perjuangan Adam Shapiro dan ISM yang pro-Palestina. Bahkan, saya curiga dia juga tidak tahu — bahwa tujuh pilot pesawat tempur Israel pernah menolak terbang untuk menghancurkan pemukiman sipil Arab di sekitar wilayah negeri tersebut.
Mungkin memang ada kaum Yahudi yang tak peduli, dan lebih suka berperang dengan suku Arab-muslim di Palestina daripada hidup bersama dengan damai. Meskipun begitu, adanya orang-orang seperti Corrie dan Shapiro harusnya bisa menjelaskan — bahwa generalisasi “laknatullah” macam itu tak lantas berlaku sepenuhnya. ๐
2) Sekularisme sebaiknya dicegah. Kalau itu diterapkan, bisa-bisa ada pelarangan memakai jilbab seperti di Prancis sana.
Pendapat ini mulai marak ketika terjadi kasus pelarangan jilbab di Prancis, sekitar tahun 2003. Sejak saat itu, berkembanglah isu bahwa “sekularisme” adalah musuh besar “agama”.
Kenyataannya, “sekularisme” hanyalah sebuah konsep pemisahan agama dari sistem pemerintahan negara. Konsepnya tidak melarang penduduk untuk menerapkan dan menampilkan atribut keagamaan — kasus pelarangan jilbab di atas adalah pengaturan kewarganegaraan, dan bukan merupakan inti dari sekularisme itu sendiri.
Sekularisme, per definisinya, (AFAIK, CMIIW) tidak melarang kegiatan/aktivitas keagamaan bagi yang menghendakinya. Jilbab boleh saja, begitu pula nilai-nilai agama diperbolehkan di kehidupan negara sekuler. Syaratnya adalah agama tidak dicampurkan dalam pengambilan keputusan politik dan pemerintahan.
Ini bukan berarti saya pro-sekularisme, terutama dengan tulisan di atas. Tetapi, setidaknya, pelajarilah suatu istilah secara detail sebelum mengkambinghitamkannya. Menjatuhkan sesuatu sambil salah kaprah justru menunjukkan kesan bahwa dakwah Anda itu picik dan penuh kecurigaan. Anda tak ingin itu terjadi, bukan? ๐
3) Kamu selalu menggunakan pendekatan logika, pasti kamu antek liberal ya!?
Ini adalah kedangkalan berpikir tingkat ekstrim. Bagaimana mungkin “memakai logika” bisa digolongkan sebagai “antek liberal” ?
Coba kita ingat-ingat. Bukankah Umar bin Khaththab pernah berijtihad untuk menentukan nasib wanita kehausan yang dipaksa berzina? Bukankah Imam Malik memanfaatkan akalnya untuk untuk menulis bab penjelasan tentang haid? Dan lagi, bagaimana mungkin kita bisa mendefinisikan konsep perbankan syariah, tanpa menggunakan akal dan logika?
Akal dan logika itu hanyalah alat. Tapi, bagaimana itu digunakan, itulah yang menentukan — Anda bisa saja sampai pada liberalisme, sosialisme, dan lain-lainnya dengan akal. Tetapi, Anda juga bisa mencapai “Islam” dengan akal. Semuanya tergantung pilihan Anda. ๐
- side note:
BTW, beberapa contoh tentang akal dan agama ini bisa Anda cek di blognya Pak Agor. Referensi pribadi dari saya, sih, jadi mungkin saja Anda berpendapat lain. ^^
4) Amerika itu setan besar musuh Islam!
Ini juga pernyataan yang terlalu menggeneralisir. Ada berapa sih warga Amerika yang pro-perdamaian, dan menentang kebijakan kontra-terorisme oleh Presiden George W. Bush? Bahkan seorang Michael Moore pun menyempatkan diri membuat dua film dokumenter untuk menyerang sang Presiden, yang juga merupakan pemimpin negaranya sendiri itu.
Dan jangan lupa juga — Adam Shapiro dan Rachel Corrie yang disebut sebelumnya itu warga Amerika keturunan Yahudi, lho. ๐
***
Jadi, apa tujuan saya menuliskan semua generalisasi di atas dan menjawabnya? Sebenarnya jawabannya sederhana saja.
Jangan lakukan generalisasi berlebihan, apalagi untuk dimanfaatkan dalam usaha berdakwah. Anda mungkin masih akan didengarkan, seandainya pemirsa Anda adalah sekelompok orang yang menerima saja dan jarang bertanya. Tapi, masalahnya bukan di situ.
Jika Anda berhadapan dengan masyarakat yang biasa berpikir kritis, berbagai argumen tersebut justru akan dipandang rendah. Tentunya ini terjadi karena Anda menyampaikan fakta yang tidak sesuai dengan keadaan di dunia nyata. Salah-salah, Anda malah akan dianggap picik dan tidak berwawasan karenanya.
Kalau sudah begitu, bagaimana mungkin dakwah bisa berlangsung?
Tentunya Anda tak mau itu terjadi, bukan? ๐
~~~~~
Ps:
Sebetulnya contohnya tidak cuma empat itu saja sih; tapi sepertinya akan jadi terlalu panjang kalau saya tuliskan semuanya. Jadi, saya ambil saja empat itu sebagai beberapa contoh yang paling sering dipakai. ๐
Agustus 2, 2007 at 7:35 am
Ck.. Ck.. Ck..
Kalau diulas terus, lama-lama bisa habis ini keburukan terbuka semua ya?
Yang jadi pertanyaan, adalah solusinya. Seperti apa bos? Dakwah sejuk ala A’a Gym? Tapi malah ditinggal juga gara-gara poligami..
Sepertinya seh sekarang yang penting adalah memberikan informasi yang benar sebanyak-banyaknya pada orang-orang di sekitar kita dulu ya?
Agustus 2, 2007 at 9:11 am
benar kata sousakiyi. kalau diteruskan bakalan panjang. tapi aku mau nambah tentang penjelek-jelekan yahudi. palestina selama ini bantuan ekonominya sebagian besar justru dari israel dan amerika. bukan dari negara negara arab yang keasyikan menimbun pundi-pundi kekayaannya
Agustus 2, 2007 at 9:30 am
Kalau menurut nabi kita dulu, rasa benci seperti itulah yang mempersatukan umat ๐ Eh, soalnya konon punya musuh itu perlu, lho ๐
Agustus 2, 2007 at 10:36 am
KEEMPAX!
Nampak jelas bahwa sesungguhnya di bidang apa pun, akal diperlukan. Bila haram digunakan, untuk apa Allah memberikannya kepada kita.
Saran yang bagus kepada para aktivis dakwah.
Agustus 2, 2007 at 10:41 am
Hmm,, sebenernya malah generalisasi ini bukan bawaannya aktivis dakwah aja deh,, udah kemana mana,, ๐
Ma sebenernya ga terlalu ngurusin masalah dakwahnya masalahnya ADK di tempat Ma sih banyakan ngobrol sesama mereka daripada ngedakwah ke orang lain,, Ma jadi bingung sendiri jadinyaAgustus 2, 2007 at 11:20 am
Hmmm, saya sudah lama meneliti ini.
Saya menyebutnya “Sindrom Pencerahan”
Agustus 2, 2007 at 1:11 pm
Kebiasaan kok.
Ulama seperti itu biasanya ikut teori Mayoritas. Kalau salah satu orang penting / segelintir orang menyatakan tidak kepada Islam, misalnya, biasanya semua orang yang termasuk di daerah itu langsung dilibatkan, dikafirkan, dan lainnya.
Agustus 2, 2007 at 1:42 pm
Just open our mind, so keep our Iman!
tul tak โ
๐ it’s a smart “posting”
Agustus 2, 2007 at 1:43 pm
ya bener juga siy..cman jg gak bisa kaya gitu, masalahnya yahudi/amerika dkk sudah terlanjur melukai hati umat muslim, dan sebagai orang yang terluka saya pikir wajar untuk menggeneralisir seperti itu..
kita nggak akan pernah tahu rasanya sebelum merasakan kepedihan yang ditimbulkan dari kebiadaban mereka
Agustus 2, 2007 at 2:09 pm
@nyamukbingung
ya tetep aja mas, yang namanya kebencian/dendam yang membabi buta itu tidak bisa dibenarkan. Apalagi pake acara memukul rata terhadap suatu etnis atau golongan tertentu. Takutnya dalam ekskalasi yang lebih besar, hal ini bisa jadi pembenaran bagi setiap tindakan terorisme.
An eye for an eye makes the whole world blind
(Gandhi)
Agustus 2, 2007 at 2:30 pm
[…] ). Ybs punya keahlian khusus dalam mengoleksi array-array fakta yang nanti akan dipergunakan untuk menarik generalisasi, dan diantara array-array fakta tersebut sengaja disisipkan entitas tudingan yang sebenarnya sudah […]
Agustus 2, 2007 at 3:05 pm
Wajar, tapi tidak etis, tidak logis, dan tidak bisa dibenarkan.
Agustus 2, 2007 at 5:19 pm
mana nih aktivisnya…
Agustus 2, 2007 at 7:00 pm
Fenomena ketimpangan di Generalisasi tidak hanya terjadi terhadap pemikiran para “Aktivitas Dakwah” kita. Tetapi terjadi juga di aktivitas2 lain.
Contoh :
[1] Di fenomena politik, karena realita terdekat memperlihatkan bahwa prilaku politikus itu kotor, maka beberapa kita menjadi men-generalisir (menyimpulkan) bahwa : Politik itu kotor, sehingga yg sakral pun menjadi tidak boleh masuk misalnya.
[2] Karena memang ada sebagian ulama yg memperalat poligami untuk memuaskan nafsu syahwat nya pada wanita, maka ketika ada ulama yg menyatakan poligami itu sunnah maka kita langsung mengira bahwa dia juga menyatakan itu dalam rangka memuaskan hawa nafsunya.
[3] Karena ada sebagian Yahudi dan Amerika yg berlaku baik, maka kita menjadi terdorong untuk membela2 mereka secara general[isir] dan melupakan prilaku biadab sebagian mereka di pihak lain.
[4] Karena ada sebagian aktivitas dakwah yg suka men-generalisir secara salah, maka kita mengira bahwa seluruh aktivis dakwah pun melakukan hal yg sama.
Saya suka terhadap peringatan dari postingan ini tentang : BAHAYA generalisir yg salah kaprah. Tapi tolong jangan itu hanya dikira terjadi terhadap aktivis dakwah saja. Terhadap aktivis lain pun sebenarnya kejadian menyimpang semacam ini pun terjadi JUGA. ๐ฆ
Saya tahu (karena kita pernah berdiskusi sebelumnya, ingatkan dengan saya) bahwa, mas Sora9n (inisial Sousakiy Ibnu Mishrilliy itu nama asli ya?) menyampaikan ini khusus buat aktivis Islam karena kecintaan mas Sora terhadap aktivis Islam itu sendiri dmana kita sama2 ingin mengubah hal2 yg tidak efektif semacam itu dalam perjuangan.
Dan saya merespon dengan komen ini supaya peringatan cakupannya bisa lebih luas sehingga kita2 yg lain pun mampu untuk menghindari keburukan2 semacam itu.
Maaf kalo ada yg kurang pas, nulisnya pas di akhir2 energi saya mau pulang nih…
regards
Agustus 2, 2007 at 7:51 pm
wacana kritik yang mencerahkan, mudah-mudahan bisa jadi perbaikan ke depannya, ๐
Mengenai aktivitas dakwah sendiri saya melihatnya bukan sebagai suatu yang tidak baik tapi sebaliknya, sebagai fenomena positif, dengan tidak menafikan bahwa tentu saja tidak ada yang sempurna dan ada kekurangannya, untuk hal ini tentu saja berlaku tidak hanya pada kelembagaan atau organisasi dakwah kampus saja.
Idealnya saat mereka fanatis, (generalisasi seperti yang disebutkan di atas tadi bisa sedemikian jadi sifat khas ADK, boleh jadi disebabkan oleh sikap fanatis pada stigma tertentu yang mereka yakini) mereka juga harusnya bisa berpikir kritis pada fenomena dan fakta yang terjadi.
btw, setuju juga seperti yang dikatakan pak Herianto, memang ADK ada yang menggeneralisasi secara salah kaprah, tapi jangan digeneralisasi juga bahwa seluruh aktivis melakukannya. Saya juga banyak menemukan mereka yang tetap bisa kritis dalam menjalankan dakwahnya, meninggalkan sikap generalisir yang berlebihan. ๐
Buat para aktivis, kritik seperti ini diharapkan bisa sampai sebagai otokritik dan disikapi dengan bijak dan terbuka. ๐
Agustus 2, 2007 at 9:20 pm
dakwah seperti itu, memang laku bak kacang goreng.. bahkan jika disampaikan dengan gaya orator ulung. konon, (may be yes may be not) hatta di ITB sekalipun, banyak mahasiswa cerdas pun mengikuti gaya2 dakwah seperti itu….
Di kalangan pesantren, tidak suka dengan gaya kata2 berbau abu-abu. kata2 sifat yang seperti itu tidak sesuai dengan ilmu nahu…
Agustus 2, 2007 at 9:27 pm
oh kalo menyamakan tidak beragama sama dengan atheis, itu termasuk generalisasi bukan ya? ๐
Agustus 2, 2007 at 10:20 pm
hehehehe itu masalah biasa. lebih baik majas pars pro toto atau totem pro parte? ๐
Agustus 3, 2007 at 12:59 am
@ manusiasuper
Solusinya sih, IMO, sama dengan yang disampein om super. Mereka (dan kita juga) harus lebih teliti lagi memilah-milah fakta, apalagi kalau buat menyampaikan ‘dakwah’.
Lha, kalau faktanya aja nggak jelas + main generalisasi, gimana orang mau dengerin? Salah-salah nggak bakal dipercaya, lagi?
:::::
@ isha
Saya malah baru dengar yang soal bantuan ekonomi itu… ^^
Tapi betul juga sih, saat ini justru negara-negara minyak (Arab dkk) kurang terdengar gaungnya. Entah kalau US sama Israel justru lebih banyak menyumbang; saya juga nggak tau data aslinya kayak gimana. ๐
:::::
@ Foltaire
……
Kok saya merasa ya, kalau komen itu sempet mampir ke akismet sebentar. ๐
Heh, siapa tuh yang bilang nabi!? Hah? HAh? HAH?? ๐:::::
@ wirapras
Begitulah… ๐
(walaupun beberapa orang berpikiran lain, sih ๐ )
:::::
@ Ma yang lagi seneng banggeeett!!
Memang sih ini budaya yang sudah menyebar, terutama di Indonesia. Tapi dakwah itu tetap saja kasus khusus, karena palng memerlukan kredibilitas supaya pesannya didenger.
Kalau ADS/ADK-nya aja nggak kredibel, gimana bisa berhasil? ๐
Btw, kayaknya saya sependapat sama komennya mas Fauzan di blognya mbak Ma.
:::::
@ Fadli
Sindrom Pencerahan? Apaan tuh? (o_0)”\
Euh, bikinin post-nya dong. ๐
:::::
@ Mihael “D.B.” Ellinsworth
Jadi inget konformitas yang diomongin Geddoe kemaren dulu… ๐
:::::
@ g’kor
Tul. ๐
Ah, makasih pujiannya. ๐
:::::
@ nyamukbingung
Tapi, meskipun begitu, itu nggak berarti semua orang Amerika dan Yahudi itu penjahat dan tukang tindas. Bahkan diantara mereka sendiri ada yang bersimpati pada perjuangan kaum muslim, bukan?
Makanya, pada kondisi ini, menyalahkan semua Yahudi dan Amerika berarti sama saja mengabaikan mereka yang jadi relawan itu. ๐
:::::
@ Abu Ganteng Al Narsisi
Yup, seperti halnya peristiwa bom Bali dan Marriott, yang jumlah korban sipilnya jauh lebih banyak.
:::::
@ klikharry
Yak, ditunggu, ditunggu… ๐
:::::
@ Herianto
Hehehe, sebetulnya memang generalisasi ini sudah berurat berakar di budaya kita. Tapi, meskipun begitu, dakwah tetap jadi bidang yang paling ‘rentan’ dengan yang yang namanya generalisasi ini… tak lain karena dakwah membutuhkan kepercayaan dan kredibilitas. Dan itu sangat tergantung pada kualitas informasi yang dijadikan landasan argumennya.
Belum lagi kalau ternyata generalisasi yang diajarkan menyulut kebencian pada umat lain dan dijadikan doktrin. Kalau di masyarakat umum (non-dakwah), generalisasinya kan nggak dijadikan doktrin untuk menyerang umat lain. ๐
Euh, bukan kok… itu diambil dari nama tokoh kartun Sousuke Sagara. ^^;;
Btw, semoga selamat sampai di rumah, Pak. ๐
:::::
@ jejakpena
Ya iyalah, kan ini topiknya “anti-generalisasi”. Lagian, saya juga nulisnya pakai “biasanya” dan “pada umumnya”, kan?
:::::
@ Persiapan
Maksudnya apa? โ
Btw, Anda kayaknya spamming tuh; kalimatnya sama persis seperti di blog saya. Terpaksa kami hapus, soalnya blog ini punya kebijakan anti komentar-OOT.
Sekian, terima kasih. ๐
:::::
@ kurtz
Begitulah adanya. Bahkan mahasiswa yang “pintar” secara akademik, di tempat saya, belum tentu bisa menyampaikan argumen dengan runtut dan logis. Dan memang, dakwah pukul-rata model ini sering ditanggapi positif — terutama jika temanya “melawan musuh Islam”. ๐
:::::
@ danalingga
Iya, itu generalisasi. Kalau gitu caranya, orang-orang yang agnostik dan sekuler bakal langsung dianggap “tak bertuhan”… padahal, kenyataannya kan mereka masih percaya.
“Tidak memeluk agama” tidak otomatis berarti “tidak percaya Tuhan”, toh? ๐
(CMIIW)
:::::
@ mochinobi
Lha, masalahnya “satu mewakili semua” ataupun “semua mewakili satu” itu susah terwujud di dunia nyata. Semua orang kan punya keunikannya sendiri-sendiri… ๐
Selalu ada pengecualian lho di tiap aspek. ๐
Agustus 3, 2007 at 1:09 am
biar ga salah kaprah juga, definisi dan tujuan dakwah diatas teh apa? sepertinya sebagian besar kata2 diatas cuma “add-on” bukan “main-parts”nya.
Agustus 3, 2007 at 6:42 am
Tulisan yang bagus…
nimbrung ngasih coment ya..
Terima kasih atas masukannya.. semoga bisa menjadi wahana pembelajaran..
tapi boleh kan saya memberikan sedikit koreksi..
1. tentang kaum yahudi Laknatullah…
Hmm… bagus teorinya.. saya memang agak setuju.. tidak semua orang yahudi itu membenci palestina… Kalo menurutku. hanyalah perbedaan persepsi yang mebuat kita berbeda teori.. saya percaya dan yakin teman2 ADK maupun lainnya bisa menempatkan orang yang mana yang baik dan tidak. hanya memang bahsa tersebut sudah umum untuk diucapkan. bukan bermaksud Mengeneralisir semuanya… Kami bahkan menghargai mereka yang baik. sebagai kisah, beberapa bulan Lalu ada peneliti dari Barat yang meneliti para ADK.. kami jamu dan layani dia dengan baik.. sekali lagi jangan mengeneralisir teori itu… persepsi orang memang berbeda-beda…
2. mengenai sekularisme..
Silahkan baca tulisanku diblog tentang sekularisme.. sebenarnya yang kami maksud jangan sampai terjadi pemisahan agam dan pemerintah sampai pada tatan ketentuan yang harus diikuti.
3.Tentang Logika..
Ini juga sering saya persoalkan dikalangan ADK… Silahkan baca majalah ISLMIA, Insya Allah kita sepaham… Para penulisnya menunjukkan citra positif islma yang baik.
4. tentang AS.. ini juga sering saya protes dikalangan ADK.. karena mereka terlalu berani Melknat kaum/seseorang.. padahal hanya Allah yang berhak..
Wallahu’alam..
semoga commentku bermanfaat.. jika salah, anggap saja kehilafan dari saya..
Agustus 3, 2007 at 10:44 am
@alhumandis
Nah ini baru ADK yang sejuk, adem, dan mencerahkan ๐
tapi sayangnya dikampusku dulu ADK seperti anda bener2 langka. salam.
Agustus 3, 2007 at 11:43 am
[…] generalization. Saya tidak perlu berkata banyak; silakan cek tulisan Mas Sora di sini untuk keterangan lebih […]
Agustus 3, 2007 at 6:55 pm
*liat komen almuhandis*
top banget ya kalo bisa kaya gitu,, ๐
jadi seneng,,
@ Sora
setuju sama apaanya Sora? apologianya??
eh btw, dia adek kelasnya Joe tuh,,
Agustus 3, 2007 at 11:43 pm
Emangnya…semua generalisasi itu salah? >_>
Agustus 4, 2007 at 2:27 am
@ bakazero
Euh, sebenarnya ini cuma menanggapi dakwah secara common sense aja; soalnya berbagai generalisasi di atas memang sering saya temukan ketika ngobrol sama ADK/ADS. Lebih ke arah pengalaman, sebetulnya. ^^
Kalau definisinya, itu kembali lagi ke masing-masing. Yang di sini hanya berdasarkan penglihatan saya saja kok (jadi sifatnya sangat umum). ๐
:::::
@ almuhandis
Betul, pada umumnya itu kembali pada persepsi masing-masing. Hanya saja, persepsi itu mudah disalahpahami kalau penyampaian verbalnya sendiri terkesan pukul-rata. Padahal, bukankah dakwah itu umumnya lewat lisan? Kalau orang yang baru datang mendengar “yahudi/amerika laknatullah”, apa nggak langsung kaget itu?
Yang soal sekularisme, saya cuma ingin mengingatkan aja supaya kita bisa melihatnya per definisi, bukannya dari citra yang terbentuk di masyarakat. Soalnya banyak citra buruk yang ditelan mentah-mentah , padahal salah kaprah — e.g. seperti yang ditanyakan Mas Danalingga di komentar yang sebelumnya. ๐
Btw, makasih udah main ke sini yah. ๐
:::::
@ Abu Ganteng Al Narsisi
Setuju… ๐
-sambil teringat pada para ustadz abu WP yang biasanya- ๐
:::::
@ Rizma
Hampir semuanya sih . Yang soal latar belakang, “don’t know how to say it”, etc., etc. Mayoritasnya sependapatlah.
Eh, dia juniornya Joe? Saya kira seumur/lebih tua lagi. ๐
:::::
@ Catshade
Lha, memangnya saya bilang “generalisasi itu pasti salah”?
Kan saya tulis,
Generalisasi berlebihan, tentunya maksudnya mengabaikan counter-example yang sudah ada di dunia nyata. Kalau counter-example-nya tidak/belum ditemukan, maka penerapan generalisasi masih bisa dianggap valid. (IMO)
E.g. “setiap ibu pasti seorang perempuan”. Ini kan generalisasi; tapi ini pernyataan yang sah. Tak lain karena counter-example-nya — seorang ibu yang bukan perempuan — tidak pernah ditemukan sejauh ini. ๐
Agustus 4, 2007 at 12:42 pm
1. tidak ada kata – kata “seluruhnya” yang ada kaum bermakna sebagian besar.
2. agama simpan di dompet saja ? anak sekolah tidak perlu diajarkan agama di sekolah ? hukum bersarakan yang menang dan yang kalah ? salah benar berdasarkan jumlah suara ? kalau dari kacamata ISLAM tentulah berseberangan.
3. siapa yang bicara ? tentu kalau logika liar bisa jadi, kembali saja ke AL-QUR’AN dan Hadits atau anda mau bilang sudah kuno dan kenapa mengikuti orang jaman dulu ?
4. Tentu maksudnya pemerintahanya, suka memelintir juga yaaaa…
Tentu maksudnya agar lebih banyak lagi yang mengekor anda, percayalah sampai kiamat menjelangpun selalu ada pertentangan, kenapa mesti repot mensatukan pemikiran, kalau saya sih mencoba memberi perimbangan pemikiran he… he…
Salam Liberal
Agustus 4, 2007 at 1:25 pm
ada kok. itu, kata “biasanya” di paragraf pertama ๐
Agustus 4, 2007 at 2:56 pm
Hai…
Usaha anda bagus sekali. Anda termasuk orang yang baik ya. ๐ Anda berusaha meluruskan kesalahkaprahan mereka [aktivis itu].
Btw berapa banyak aktivis yang anda kenal 100, 200 atau seribu? Dari negara mana saja mereka. Saya ga sedang meluruskan anda. Saya hanya ingin nulis aja. nulis komen di sini, di salah satu webblog terkenal. Siapa tahu bisa ikut terkenal.:-)
Saya bertanya-tanya apa sepanjang hidup anda, anda pernah ga ketemu sama aktivis yang ga melakukan generalisasi berlebihan? Apa selama ini anda hanya mengenal aktivis yang sok suci saja?
“Tak peduli mereka itu aktivis dakwah tingkat sekolah, kampus, ataupun yang sudah senior, para aktivis ini biasanya terbawa pada pola pikir generalisasi berlebihan…
Apa ga pernah nemuin aktivis yang ga biasanya? hah? Jalan2 dong jangan cuma ngedekem di Indonesia saja. ke Eropa, Afrika atau Ke Amerika. Kenalanlah dengan aktivis di sana. Jangan cuma mengandalkan internet atau wikipedia untuk mengenal manusia. Gaul dong. Umroh atau pergi Hajji, sana! Kenalan dengan dengan muslim dari berbagai belahan dunia.
salam kenal
orang yg bakal terkenal. (sebentar lagi)
Agustus 4, 2007 at 4:24 pm
*liat komen di atas*
buset! ๐ฏ
calon murid narsisnya Joe nih,, ๐
moga moga cepet terkenal ya mas/mbak,, ๐
Agustus 4, 2007 at 4:25 pm
ikutan ah :
1) Kaum Yahudi itu laknatullah! Mereka tak pernah mau peduli penderitaan kaum Muslim di Palestina!
Seharusnya ungkapan ini bisa diterima krn ini hanya kalimat sederhana. Mayoritas orang (waras) mengakui kalau jumlah Yahudi yg tak pernah mau peduli penderitaan kaum Muslim di Palestina lebih bayank dari sebaliknya kan? Rasanya kok repot bgt kl harus pake kalimat kaku semisal 87,9125% Yahudi yg saya ketahui sampai dengan 2 Agustus 2007 tak pernah mau peduli penderitaan kaum Muslim di Palestina! Halah!
Ga usah berlebihan-lah, realistis aja!
2) Sekularisme sebaiknya dicegah. Kalau itu diterapkan, bisa-bisa ada pelarangan memakai jilbab seperti di Prancis sana.
cut..
Kenyataannya, โsekularismeโ hanyalah sebuah konsep pemisahan agama dari sistem pemerintahan negara.
Kenyataannya (tanya pakar agama-bukan saya) pemerintahan negara adalah bagian dari ajaran agama! Kl ada agama yg tdk mengatur sistem pemerintahan negara itulah agama yg sekuler (dan patut jg dipertanyakan keasliannya, apakah benar dari Firman Tuhan, Opst!)
3) Kamu selalu menggunakan pendekatan logika, pasti kamu antek liberal ya!?
Nah, yg ini saya setuju! Sebab sy pernah jadi korban mereka yg cuma modal dogma – ga mau diuji validitas agamanya! ๐
4) Amerika itu setan besar musuh Islam!
Logika yg sama dg No. 1
Anyway, gw tertarik sama komennya Herianto, lain kali kita bisa tukar pikiran bareng …
Agustus 4, 2007 at 10:40 pm
tulisan yang bagus..
memang sebaiknya para aktivis dakwah tidak membikin stereotype terhadap kaum yahudi atau siapapun.
tapi juga sebaliknya,anda juga tidak bisa berbuat demikian dengan melakukan generalisasi berlebihan terhadap aktivis dakwah itu,karena tidak semua aktivis dakwah punya pandangan sepicik itu.
salam hangat,
Agustus 5, 2007 at 12:26 am
Rizma:::
udah dikasih tau kalo uang sumbangan pembangunan mutu akademik buat belajar sama aku itu mahal?
Ruben ekor 9:::
mas…mas…mau jadi murid saya?
yakin? pertama2 harus yakin dulu kalo masnya ini jauh lebih mencintai diri mas sendiri dibanding gadis manapun yg paling mas cintai. kalo sudah menguasai tahap itu, percayalah, semuanya bakal jadi mudah
Agustus 5, 2007 at 2:21 am
@ Ferry ZK
1. Tunggu, terminologi “kaum” itu bisa didefinisikan sebagai “sekelompok” atau “ras”… secara literal, maknanya bukan “sebagian besar”, tapi mencakup seluruhnya. Coba cek di kamus deh. ๐
Tentunya beda kasus kalau pakai totem proparte; tapi orang propaganda biasanya nggak pernah pakai totem proparte. ๐
2. Lah, yang bilang saya mendukung sekularisme siapa? Kan saya udah tulis,
Stance saya soal sekularisme kayaknya nggak ada yang tau sejauh ini. Lha nggak pernah saya omongin, kok…
3. Yang jelas ada yang ngomong kayak begitu. Kayaknya Anda nggak kenal, soalnya itu saya temukan sendiri.
BTW, tolong definisikan dong frase ‘logika liar’. Dan FYI, saya nggak pernah menyebut Al-Qur’an dan hadits itu sebagai ‘barang kuno’, lho. ๐
4. Yang memelintir siapa?
Ada orang-orang yang percaya bahwa ‘semua’ orang Amerika (dan sekutunya) layak dibunuh. Liat aja Bom Bali, yang korbannya mayoritas sipil Australia (kroni Amerika). Dan itu baru kroninya…
Masih yakin bahwa cuma pemerintahannya aja yang dibenci…?
Memangnya saya bergerak ke arah mana, sampai diekorin? Saya kan cuma menyodorkan wacana buat ditelaah. ๐
Saya pun memberi perimbangan pemikiran, kok. Mereka berpikir begitu, saya beri begini. Definisi Anda agak kurang jelas, sepertinya.
:::::
@ Ruben ekor 9
Ya pernah lah. Kan saya tulisnya begini,
Lihat ya, ada kata “biasanya”. Secara logika, kata “biasanya” berarti menyatakan “sebagian besar”. Tentunya ada sebagian kecil sisanya yang beda, dong?
Masa logika kayak gitu aja pake dibawa sewot, sih? ๐
Tentu, tentu. Tapi Anda harusnya bisa pakai common sense bahwa saya sedang membicarakan aktivis di Indonesia pada umumnya. Toh pembaca blog ini mayoritas berdomisili di Indonesia, kan?
Seandainya pun saya membahas aktivitas dakwah di Amerika Latin di blog ini, kayaknya nggak begitu efektif juga. Itu mah niche segment dalam atensi pembaca. ๐
Btw, saya merasa baru di ad-hominem nih. Kenapa ya? ๐
Dan berapa banyak aktivis (serta umat muslim umumnya) yang bisa melakukannya? Pergi ke berbagai penjuru dunia hanya untuk berkenalan? What a luxury to have. ๐
:::::
@ Ahmad
1) Ya nggak segitunya lah Mas… maksud saya kan cuma supaya orang-orang sadar bahwa ada orang-orang Yahudi yang peduli. Tentunya repot kalau kita harus menyebutkan secara kaku (e.g. 80.23% itu) — tapi, ingatlah bahwa ada di antara mereka yang sebenarnya mendukung umat muslim. Gitu… ๐
2) Iya, memang ada agama/mazhab agama yang beranggapan demikian. Meski begitu, yang saya maksud di poin (2) adalah agar kita teliti sebelum menyalahkan sebuah istilah.
Kalau misalnya kita udah menuduh sekularisme bla-bla-bla dan ternyata salah, apa nggak menjatuhkan citra diri itu namanya? ๐
3) Yang ini saya juga pernah mengalami, kok… ^^;;
4) Jawaban saya juga sama dengan nomor 1, kalau begitu. ๐
:::::
@ onoda
Ah, terima kasih. ๐
Soal aktivis dakwah, tentunya saya juga tidak menggeneralisasi. Kan saya menulisnya dnegan kata-kata “biasanya”, “pada umumnya”, dsb. Contoh:
Saya sendiri juga kenal baik dengan beberapa aktivis yang pikirannya tidak sesempit itu; mereka juga lebih hati-hati kok dalam melakukan generalisasi dan menarik kesimpulannya. ๐
Agustus 5, 2007 at 3:09 pm
emang generalisasi sudah sedemikian akut, contohnya aja yang bikin postingan ini yang juga sedang meng-generalisasi aktivis dakwah kita.
betul?
*bertanya seperti si kiwil menirukan alsennya om Zainudin mz*
Agustus 5, 2007 at 4:59 pm
@ Kang Wahana
Kalau artikelnya dibaca agak hati-hati juga jawaban-jawaban komen dari penulis artikel di atas, mungkin retorika Mas ini bisa dibilang tidak betul lho Mas, ๐
Agustus 5, 2007 at 9:59 pm
AsS…
๐ nimbrung lagi..
Buat sora9n : terima kasih atas saran tentang sekulerismenya.. tujuan kenapa saya tulis defenisinya diblog supaya teman2 ADK juga bisa ngerti.. semoga kedepannya kami semakin baik…
BTW, sense taman2 terhadap ADK cukup tinggi ya… Semoga semua ADK yang pernah berinteraksi dengan teman-teman bisa meninggalkan jejak yang baik.. bukan kedongkolan atas teori2 mereka, aktifitas2 mereka.. percayalah, kami juga banyak kekurangan.. ๐
wallahu’alam…
Salam hangat dari yogya..
Agustus 5, 2007 at 10:15 pm
@ Kang Wahana
Sebaiknya Anda baca dulu semua komentar saya (sebagai penulis) di post ini. Harusnya, dari situ, Anda bisa paham bahwa saya tidak menggeneralisasi para AD/ADK/ADS itu sendiri. ๐
Agustus 5, 2007 at 10:22 pm
@ almuhandis
Terima kasih atas kunjungannya (lagi). ๐
Kami juga tidak berniat menjatuhkan, kok. Post ini pun sekadar sumbang saran yang bisa saya/kami berikan lewat blog.
Salam hangat juga. BTW, saya percaya kok bahwa Mas Almuhandis ini nggak termasuk ADK yang berpikir sempit dan terburu-buru. ๐
Salam hangat juga. ๐
Agustus 6, 2007 at 11:45 am
@ sora9n
Anda sendiri muslim atau non muslim ? kalau dilihat postingan anda jelas anda menulis tentang pengikut muslim, kalau anda non muslim saya maklum dan bisa mengerti kenapa postingan anda seperti ini, kalau anda muslim mari kita bicara lagi.
Salam Damai.
Agustus 6, 2007 at 11:55 am
the best article I read for the last two weeks in my isolation.
Agustus 6, 2007 at 12:01 pm
Ferry ZK:::
emang ngaruh gitu kalo yang nulis muslim atau bukan?
setidaknya, lihatlah fakta. bukan masalah siapa yang berbicara. dan apakah mengherankan kalo – misalnya – seorang muslim menulis suatu otokritik tentang pola interpretasi ajaran agamanya sendiri? yah, saya sering melakukan hal itu ๐
jadi, apakah kita juga perlu bicara?
Agustus 6, 2007 at 12:04 pm
mas sora9n:
kalo ndak salah kata “biasanya”, “pada umumnya” itu termasuk “generalisasi”, dan “generalisasi” itu, lagi-lagi kalo ndak salah, berarti “secara umumnya” atau “sebagian besar”.
misalnya begini, kata “umumnya” dalam bahasa inggris kan berarti “generally”
sedangkan kata “biasanya” itu british language-nya “usually”.
sedang yang dimaksud sora9n disini dengan “menggeneralisir” adalah “menganggap semuanya itu begitu”.
CMIIW loh!
dengan mengangkat “penggeneralisiran” yang sama, dalam konteks “IPDN” apakah itu berarti semua praja IPDN itu busuk dan IPDN layak dibubarkan?
Agustus 6, 2007 at 12:16 pm
@ Shelling Ford,
Tentu ngaruh, kalau non muslim lhaa acuanya beda ya monggo berbeda, nah kalau sesama muslim kita coba telusuri ambil dari mana pemikiran anda.
bicara atau tidak terserah anda wong ini negara demokrasi he… he…
Salam Damai.
Agustus 6, 2007 at 12:34 pm
Ferry ZK:::
hahaha, setau saya mas sora itu muslim, lho. dan pertanyaan saya kembali lagi: apakah aneh jika seorang muslim menulis sebuah otokritik tentang pola interpretasi ajaran agamanya sendiri?
mas agus:::
yang jadi masalah, mas, kadang2 para ADK (yang sedang dibahas) itu ngomongnya adalah “yahudi laknatullah”, bukan “biasanya (atau pada umumnya) yahudi laknatullah”. tidak ada unsur “usually-nya”. kesannya sih, gitu. risih juga dengernya. kesan yang tertangkap adalah bahwa semua yahudi itu brengsek.
ah, malah jadi bingung. omonganku jadi njlimet gini
Agustus 6, 2007 at 1:39 pm
nahhh kalau gitu jelas, tinggal kita bahas aja, yang diotokritik dasar dalil di AL-QUR’AN nya yang mana ? kalau ada menggunakan tafsir siapa ? dalam sejarah perjalanan ISLAM sendiri banyak sekali tafsir – tafsir, ada yang kuat nash nya uga ada yang lemah, atau memang mau pakai tafsirnya yang sering dipakai herry mardian juga ?
Salam Damai.
Agustus 6, 2007 at 2:29 pm
lho, apa kurang jelas kalo yang dikritik Sora adalah pola generalisasi oleh para ADK pada umumnya?
kayaknya cukup jelas juga kalo yang dikritik di sini mendasarkan pada kaidah bahasa indonesia bahwa “semua” itu tidak sama dengan “sebagian besar” ๐
jadi, kalo memang mas menganggap hal kaidah bahasa indonesia seperti ini perlu dalil dari al qur’an, silahkan duluan keluarkan dalilnya, mas. kalo otak saya nyampe, nanti bakal saya tanggapi. dan jujur saja, saya bukan penghafal dalil yang bagus, meskipun nilai bahasa indonesia saya nggak pernah di bawah angka 7
Agustus 6, 2007 at 2:45 pm
maksudnya jelas anda muslim saya muslim, sekarang generalisasi apa yang mengganggu anda ?
Agustus 6, 2007 at 3:11 pm
lho, yg mengganggu saya ya jelas generalisasi seperti yg disebutkan di artikel. duh kok malah kita jadi kayak recursive-loop? mas nanya2 ttg hal yg sebenernya sudah tertulis di artikel, sih.
memang saya muslim. tapi saya tidak menganggap bule nashoro ataupun yahudi itu bejat semua. kalo iya, sudah dari dulu saya buang nike dan airwalk milik saya. komputer saya pun juga bakal saya hancurkan sejak dahulu ๐
Agustus 6, 2007 at 3:59 pm
[…] Mending juga membandingkan untuk menemukan kelebihanya daripada meributkan perbedaannya. Toh para kafir dan jahanam musuh Islam manusia yang ga pernah belajar bahasa Arab di Amrik/Jepang atau Eropa sana bisa bikin mobil dan […]
Agustus 6, 2007 at 4:32 pm
nahh itu dia saya pribadi tidak pernah berfikir mereka bejat semua, bisa jadi mereka orang baik, baik sebagai penderma, baik sebagai pribadi tetapi tentu selama mereka bukan ummat muslim mereka tidak baik untuk dijadikan teman yang bisa dipercaya dalam urusan aqidah.
(* tetapi sebagai teman biasa kenapa tidak *)
Salam Damai.
Agustus 6, 2007 at 5:35 pm
jadi bagemana, urusan beres, kan?
masih ada yg perlu dibicarakan lagi dengan mas sora?
Agustus 6, 2007 at 7:14 pm
generalisasi …
pada dasarnya semua manusia suka berbantah-bantahan …
wakkakkakaaa …
Agustus 6, 2007 at 7:31 pm
simply rite. justru karena itu peradaban manusia bisa berkembang ๐
Agustus 7, 2007 at 12:31 pm
stigma.
karena kita ingin persepsikan yang kita inginkan.
kita memahami dengan apa yang kita ingin pahami, bukan memahami apa yang diterakan dari apa yang kita lihat.
kita melihat dari apa yang kita ingin lihat. Jika bukan itu, maka itu keliru.
kita ingin mendengar dari apa yang kita ingin dengar. Jika bukan itu, maka yang kita dengar adalah kebohongan.
kita ingin benar dari apa yang kita inginkan sebagai benar, maka jika bukan itu; semua yang benar adalah apa yang kita bilang benar.
Duh manusia.
mempersepsikan apa yang dipersepsikan.
Beratnya sebuah prasangkaan.
Agustus 7, 2007 at 5:37 pm
@ Ferry ZK | Shelling Ford
Waah, maaf baru muncul… Saya nggak sempet online kemaren. Jadi ketinggalan deh.
Ferry ZK::
Sekadar info, saya seorang muslim. Dan yang jadi sasaran artikel ini adalah kecenderungan sosial yang terjadi… jadi bukan dalil agama maupun syariah pada dasarnya. ๐
Intinya sendiri saya cuma berusaha mengingatkan bahwa ada orang-orang yang merupakan pengecualian dari tuduhan yang diberikan. Tentunya jangan sampai kita malah memukul rata mereka semua dan mengabaikan beberapa yang telah berbuat baik pada umat.
Seperti itulah maksud saya.
Salam Damai juga.
Shelling Ford::
Huehehe… ternyata kita memang banyak sependapat. Makasih banyak bantuannya, Joe. ๐
:::::
@ kunderemp an-narkaulipsy
Thank you… ๐
:::::
@ masagus
Yang saya pikirkan memang seperti itu. “Generalisasi” yang saya maksud adalah ‘pukul rata’, sedangkan “biasanya” berarti cuma menyatakan ‘sebagian besar’. Makanya, dengan menggunakan kata “biasanya” berarti saya mengakui ada sebagian lain yang “tidak biasa” itu. ๐
Kalau soal IPDN, tentunya kita harus memastikan dulu ada/tidaknya praja yang tidak berkelakuan barbar (walaupun kemungkinan besar pasti ada). Tapi ini harus dibuktikan dulu.
Kalau ada contoh itu, maka generalisasi itu tidak berlaku lagi… (seperti yang saya tulis waktu menjawab komennya mbak Catshade di atas)
:::::
@ rajaiblis
Nambahin, manusia kayaknya bangga kalau bisa menemukan ‘musuh’. ๐
-gak tau kenapa-
:::::
@ agorsiloku
Kalau begitu, harusnya masyarakat lebih dibiasakan memandang masalah secara pendekatan sains. Jika persepsi itu tidak dikuatkan bukti, maka harusnya persepsi itu digugurkan — karena tidak berhasil menggambarkan dunia yang sebenarnya.
Sayangnya ada sebagian orang yang lebih suka mengambil pendapat dari diri sendiri/orang lain, dan langsung mengikutinya tanpa klarifikasi lebih lanjut. ๐ฆ
Agustus 8, 2007 at 1:50 am
Wei wei, apaan nih, nama saya dibawa-bawa Ferry? Saya gak ikut-ikutan.
Agustus 8, 2007 at 10:57 am
Harap maklum mas Herry ya,,
*spicles*
moga moga mas Ferry bakal kesini buat jelasinnya,,
Agustus 10, 2007 at 11:30 pm
Jadi kalau mau gampang (saya yakin kebanyakan manusia ingin gampang kan..?? ๐ ) harus gimana donk..??
soalnya apakah kita harus bilang :
“Kebanyakan Yahudi tapi selain beberapa orang seperti corrie dan saphiro itu laknatullah! Mereka tak pernah mau peduli penderitaan kaum Muslim di Palestina!” ๐
Bukan tidak setuju. saya hanya maklum. ๐
Agustus 11, 2007 at 4:46 pm
@ mataharipagi
Tentu saja, itu memang gampangnya. Saya kan cuma hendak mengingatkan bahwa ada orang-orang Yahudi (dan Amerika) yang aslinya perhatian pada penderitaan muslim. Kasihan kan, kalau mereka yang sudah bertaruh nyawa itu justru terlupakan? ๐
-btw, udah ada Yahudi/Amerika yang mengkritik keras umatnya sendiri. Kaum muslim yang mengkritik Islam garis keras kok jarang kelihatan ya? ๐ –
Agustus 12, 2007 at 9:15 am
Assalamualaikum,
Kalau boleh, saya ingin menambahkan bahwa sikap “generalisasi” yang lebih berbahaya adalah generalisasi yang sampai menimbulkan pertumpahan darah di sana-sini. Contohnya:
WTC ditabrak karena Amerika digeneralisasi sebagai orang zalim.
Afghanistan dan Irak hancur lebur karena mereka digeneralisasi teroris.
Sikap generalisasi yang mengarah pada ekstrimitas inilah yang membuat dunia tidak aman.
Agustus 12, 2007 at 8:44 pm
Artikel sejelas ini kok masih harus dibantah lagi sih? Yang mbantah itu mbok dicermati dikit dong. Ini salah satu artikel omaigat yang kualitasnya bagus. Beberapa artikel terdahulu pas saya komen banyak yang masih rancu. Kalo ini, wah, top tenan. Apik banget.
Intinya sih, saya setuju aja sama anda mas sora9n
Agustus 13, 2007 at 4:37 pm
Waah,, masih rame aja,,
sering sering aja nambahin kata kata ‘biasanya’ atau ‘kebanyakan’, biar ga generalisasi,, done! ๐
*baca komennya Jaya*
sama,, Sora juga setuju sama Jaya tuh,,
kalian berjodoh! *apa sih Ma??* ๐
Agustus 13, 2007 at 6:03 pm
@ fauzan.sa
Ah, terima kasih pujiannya… ^^
Btw, salam kenal ya. ๐
:::::
@ Rizma
Kata orang Cina, “berjodoh” itu berarti bakal sering dipertemukan oleh takdir… ๐
*pura-pura nggak nyambung*
Agustus 15, 2007 at 7:53 am
btw, udah ada Yahudi/Amerika yang mengkritik keras umatnya sendiri. Kaum muslim yang mengkritik Islam garis keras kok jarang kelihatan ya?
Iya, kita juga banyak dikecam di Inggris kemarin ini pasca 9/11. Padahal kita mengecam lho !
Ternyata, oleh media massa tidak dimuat. Alhasil, kita dianggap diam = setuju.
Kurang asem.
Akibatnya? Kita dianiaya habis-habisan. Bahkan sampai ada yang tewas mengenaskan.
Sejak saat itu, saya bertekad untuk rajin ngeblog dan mengajak kawan-kawan saya ngeblog, agar suara kita tidak lagi terberangus oleh media massa yang bias & digerakkan oleh agenda orang-orang yang berniat jahat.
Agustus 15, 2007 at 8:18 pm
@ sufehmi
Setuju, Pak. Media mainstream agak sering terbawa bias stereotip, IMO… alhasil ini juga berdampak pada kegagalan umat muslim untuk mengesankan yang sebaliknya. ๐ฆ
Agustus 18, 2007 at 11:43 am
kalo ga generalisasi.. ya adhominem..
Agustus 20, 2007 at 3:57 pm
[…] otak sebagai “kegiatan yang tidak perlu”,ย membuatย otakย sendiri akan mencerna dan menggeneralisasi hal tersebut sebagai hal yang tidak perlu dikerjakan. Sayangnya, mungkin status yang menghalangi […]
Agustus 21, 2007 at 4:18 pm
ente sendiri menggeneralisir “da’wah” om… masa’ jeruk minum jeruk.. ๐
Agustus 21, 2007 at 5:00 pm
@ heri
Baca komentar-komentar di atas dulu makanya, biar jelas. Saya pun nggak menggeneralisasikan kok di post ini.
Coba lihat, semua pernyataan saya di post di atas. Semuanya mengandung kata “kebanyakan”, “biasanya”, dan “pada umumnya kan”? Itu berarti saya selalu membuka makna pada kemungkinan lain; bahwa tidak semua aktivitas dakwah seperti yang saya jelaskan itu. ๐
Agustus 23, 2007 at 2:29 pm
hahhh..
akhirnya ada yang mewakili suara hati sayaa…
*ngelus ngelus suara hati..*
Agustus 27, 2007 at 10:44 am
dakwah ada beberapa aliran. diantaranya aliran generalism dan un-generalism. masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya.
salah satunya dibahas di blog ini.
selamat!
Agustus 30, 2007 at 5:24 am
Dakwah merupakan ibadah yang agung. Sayangnya…. dakwah telah banyak disalahgunakan untuk membungkus kampanye politik dalam rangka mencari pengikut, merekrut simpatisan dan kader partai, atau sekedar mencari dunia…
Terlalu banyak seruan atau “dakwah” ilallah (menuju Allah) yang kita jumpai di sekeliling kita. Beragamnya seruan itu sendiri telah menjadi sunnatullah.
Telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari shahabat Abdullah bin Masโud, bahwasanya Abdullah bin Mas’ud bercerita di mana Rasulullah membuat satu garis lurus dan mengatakan:
“Ini adalah jalan Allah yang lurus.”
Lalu Beliau membuat garis-garis yang banyak dari arah kanan dan arah kiri dan Beliau mengatakan:
“Ini adalah jalan-jalan dan tidak ada satupun dari jalan tersebut melainkan syaitan menyeru di atasnya.”
kemudian Beliau membacakan firman Allah:
“Dan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka tempuhlah ia dan jangan kalian menempuh jalan yang banyak tersebut yang pada akhirnya akan memecah diri-diri kalian dari jalan-Nya.”
Maka….. Jalan manakah yang kita tempuh? ๐ Jalan yang terang dan jelas…. atau jalan yang cuma ada dipikiran kita?
Oktober 22, 2007 at 9:40 pm
[…] pada syak wasangka dan generalisasi, serta tidak cerdas dalam berdiskusi. Sejujurnya, saya sering kehabisan tenaga ketika harus […]
Oktober 25, 2007 at 1:40 am
Pemahaman kita terhadap istilah GENERALISASI (dalam kamus bahasa Indonesia terjemahannya PERAMPATAN — dari kata RAMPAT –) itu sendiri harus disempurnakan. Sesungguhnya generalisasi adalah cara pikiran kita menyederhanakan keragaman realitas. Jadi menggeneralisasi (merampatkan) adalah sebuah keniscayaan dan kelumrahan.
Yang menjadi persoalan kemudian adalah melakukan OVERGENERALISASI atau menggeneralisasi secara berlebihan. Misalnya, faktanya tidak seluruhnya X dibilang seluruhnya X. Faktanya sebagian kecil, dikatakan hampir semuanya, dan sebagainya.
Apa sebab menjadi overgeneralisasi? Ada beberapa kemungkinan: Pertama, dari sisi kejiwaan, yakni pandangan-pikir yang miopik, sehingga ketika melihat beberapa kasus atau beberapa hal yang mirip, TANPA MEMPERTIMBANGKAN SELAINNYA, kemudian menganggap atau menyimpulkan sebagai sebuah keseluruhan. Kedua, pengaruh media-massa dengan HEADLINING-nya yang biasanya berbasis LAIK-JUAL, bagi konsumen yang tidak kritis, dianggap LAIK-ILMU. Tanpa mengkonfirmasikan dengan kaiah keilmuan, pengetahuan kasuistik dan tendensius dari media seolah-olah menjadi DATA ILMIAH. Ketiga, dalam metodologi keilmuan, khususnya metodologi ilmu sosial, terdapat DILEMA antara GENERALISASI dengan DAYA EKSPLANASI. Kalau seseorang ingin mendapatkan penjelasan yang akurat, maka unit eksplanasinya harus khas, spesifik, sempit, kasuistik, dan detil. Sementara untuk menjelaskan secara agregatif dari banyaknya kasus yang beragam dan berjenis-jenis, diperlukan GENERALISASI yang kondekuensinya daya eksplanasinya akan berkurang. SEMAKIN TINGGI GENERALISASI, SEMAKIN LEMAH DAYA EKSPLANASINYA.
Dalam kasus yang kita bahas, biasanya di dalam pengajian UMUM, diperlukan EKSPLANASI yang juga umum (tingkat tinggi). Maka sebaiknya para dai/mubaligh tidak memasukkan topik-topik khas yang memerlukan penjelasan khas juga (mengingat daya serap dan daya persepsi audiens umum yang beragam). Di sisi lain, apabila seorang mubaligh diundang untuk menyampaikan atau memperdebatkan sesuatu topik spesifik untuk kalangan terbatas, apalagi secara interaktif, tentu seruan-seruan yang berlagu umum, deterministik, bombastik, generalistik, dogmatik, subyektif, dan semacamnya tidak akan laku dalam konteks ini.
Ini dulu penjelasan saya tentang “generalisasi”.
Salam
Oktober 25, 2007 at 9:03 pm
Lha jalan yang terang dan jelas itu juga ada dalam pikiran kok
Oktober 31, 2007 at 6:11 pm
hmm………
gak usah terlalu cepat menggeneralisasikan aktivis dakwah..
ada juga diantara mereka yang berpikiran terbuka..
*kabur
๐
Desember 11, 2007 at 3:59 pm
[…] cara yang sama seperti dua kasus sebelumnya . Aduh, sial — umat ternyata terbawa nafsu main generalisasi. Bukan saja Pak Bush dan stafnya yang disumpahi masuk neraka dan ditimpa azab; seluruh rakyat […]
Desember 16, 2007 at 5:09 pm
[…] mereka pada dasarnya juga masih menyukai kehidupan harmonis bersama. Saya rasa ini masih merupakan generalisasi yang terlalu cepat untuk menganggap keseluruhan Jerman Nazi sebagai noda hitam kelam; mungkin rada mirip dengan […]
September 13, 2009 at 11:59 pm
Ada pepatah, “Jika berurusan dengan orang mulailah dengan tidak percaya, tapi jika berurusan dengan agama mulailah dengan percaya” Masalahnya sangat sulit untuk mempraktekan pepatah itu saat ini ๐
Oktober 2, 2010 at 12:05 pm
Sebenarnya penjelasan Anda itu memakan Anda sendiri deh.
Sekilas saja kelihatan kan…?
Seberapa banyak dan akurat penelitian Anda tentang para aktivis dakwah itu?
Apakah benar hanya para aktivis dakwah yang melakukan generalisasi berlebihan itu?
Menurut saya jawabannya TIDAK SEMUA!!!!
Bahkan Anda memakan ucapan sendiri, karena Anda sedang melakukan sesuatu yang Anda sedang singgung. OKAY.